MATARAM – Masyarakat Lombok bahkan NTB mulai merasakan suhu dingin. Oleh Badan meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, suhu dingin akan masih dirasakan sampai puncak dingin bulan Agustus 2022.
Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG, Restu membeberkan penyebab suhu dingin di musim kemarau pertama, dimana posisi gerak semu matahari berada di belahan bumi bagian utara. Sementara NTB yang berada di bagian selatan menerima radiasi matahari minimum. Selanjutnya, musim kemarau di NTB angin yang dominan bertiup angin timur yang berasal dari benua Australia, di sana khususnya bagian selatan sedang dalam periode musim dingin sehingga sifat angin yang dibawa menjadi angin yang dingin dan kering.
Sementgara itu, minimnya tutupan awan pada saat musim kemarau membuat tidak adanya perangkap radiasi matahari yang biasa terjadi ketika banyak awan, energi panas matahari yang diterima bumi akan dilepaskan seluruhnya ke atmosfer.
“Suhu dingin di NTB masih akan berlangsung dan puncaknya di bulan Agustus nanti,” beber Restu, kemarin.
Restu menerangkan, dari beberapa kondisi suhu dingin akhir-akhir ini BMKG mencatat tadi pagi (kemarin, red) merupakan suhu terdingin yang terjadi sepanjang tahun 2022 ini.
“Ini memang lumrah terjadi pada musim kemarau,” katanya.
Sementara itu, pihak BMKG NTB, Nindiya Kirana mengatakan Juli identik dengan berkurangnya curah hujan. Bulan Juli biasanya periode puncak musim kemarau. Dikatakannya, curah hujan II Juli 2022 hampir seluruhnya didominasi kategori rendah atau kurang dari 10 MM. Namun terdapat wilayah yang intensitas hujan tinggi dari 21 hingga 50 MM per dasarian hingga sebagian wilayah Kabupaten Lombok Utara dan sebagain Sumbawa bagian selatan.
“Curah hujan tertinggi tecatat di pos hujan Santong, KLU dan Lunyuk Sumbawa sebesar 29 MM Per dasarian,” kata Nindiya.
Nindiya menerangkan, curah hujan dasarian II Juli di NTB didominasi kategori bawah normal. Namun sifat hujan atas normal juga terjadi di sebagain wilayah Lombok Barat bagian Utara, bagian KLU dan sebagain di Sumbawa bagian Selatan serta wilayah kecil Kabupaten Bima dan Kabupaten Dombu bagian selatan.
Sementara itu monitoring hari tanpa hujan berturut -turut di NTB umumnya sangat pendek atau berkisar 1 sampai 5 hari. Namun sebagian wilayah terpantau dengan kategori panjang atau berkisar 21-30 hari.
“Hari tanpa hujan panjang terjadi di Wilayah Perigi Lombok Timur sepanjang 47 Hari. Hari tanpa hujan ini masuk kategori hari tanpa hujan panjang,” ungkapnya.
Untuk prakiraaan curah hujan dasarian III Juli sendiri peluang curah hujan sudah mulai berkurang. Peluang curah hujan dengan insitas kurang dari 20 MM per dasarian terjadi merata diseluruh wilayah NTB dengan probalitas lebih dari 80 persen.
Sementara itu, kondisi meteorologi level siaga di Kecamatan Wawo, Bolo dan Woha Bima. Lalu di Pringgabaya, Sambelia dan Sewela Lotim, Buer Kabupaten Sumbawa serta Kecamatan Maluk Kabupaten Sumbawa Besar. Level waspada, lanjutnya tedapat di Kecamatan Bolo dan Kilo Kabupaten Dompu, Sormandi Kabupaten Bima lalu Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah, Sakra Barat, Lotim serta Pemenang KLU.
“Masyarakat juga perlu waspadai aktivitas curah ekstrim yang berada di lokal seperti angin kecang dan hujan yang dapat terjadi tiba-tiba,” imbaunya.(ais)