Cukup lama Ustadz Sahnan, 55 tahun menjadi guru ngaji di kampung halamannya di Dusun Budandak, Desa Bunut Baok, Kecamatan Praya. Setahun lalu, guru ngaji ini sempat ramai diberitakan media. Dia harus ke musala dengan cara ‘ngesot’. Setidaknya 35 menit perjalanannya.
………………………………….
MINGGU sore kemarin langit tertutup awan hitam di wilayah Desa Bunut Baok, Kecamatan Praya. Anak-anak tampak asyik bermain sepakbola di lahan persawahan. Di Dusun Budandak nyaris tidak ada yang tak kenal Ustadz Sahnan.
Dalam kesempatan itu, Ustadz Sahnan menerima tawaran untuk dibonceng. Dia pun menceritakan sudah kemana. “Saya pulang sebentar saja, setelah itu kembali ke musala,” tuturnya dalam perjalanan.
Tidak lama sampai di rumahnya cukup sederhana, Sahnan kemudian mengambil air wuduk dan bersiap ke musala. Baru henak melangkah mengeluarkan kaki dari pintu rumah, hujan pun turun. Namun dengan penuh semangat, dia tetap ingin menerobos hujan.
Sementara, sang istri sibuk ke rumah tetangga untuk meminjamkan payung. Tidak lama, hujan pun reda. Ustadz Sahnan kemudian melanjutkan perjalanan ke musala dengan cara dibonceng menggunakan sepeda motor.
“Kalau biasanya saya jalan sendiri,” tuturnya.
Sampai di musala, pria berusia 55 tahun ini kemudian mengambil mic untuk adzan. Suaranya cukup merdu. Anak-anak satu persatu mulai naik teras musala untuk persiapan salat magrib.
“Seperti ini sudah aktivitas malam hari,” katanya usai salat.
Dia mengatakan, biasanya ada 50 jumlah anak-anak yang diajar dirinya ngaji. Namun karena hujan sedikit yang datang.
Namun di balik itu semua, aktivitas sehari-hari untuk menyambung hidup dirinya memelihara ayam kampung dan burung. Biasanya setiap seminggu sekali dia jual ke pasar mingguan.
“Burung sekarang sisa satu,” katanya.(ais)