LOMBOK – Pasca musibah meninggal dunia anaknya, Andra Itayani, 24 tahun mengaku masih kecewa dengan sikap pihak RSUD Praya yang tidak memberikan pertolongan pertama anaknya yang sedang demam tinggi dan sesak nafas.
“Kalau ingat ini mau marah, mau nangis. Kalau mungkin anak saya ditolong bisa jadi selamat. Tapi ini namanya ajal juga,” ungkapnya ambil menangis di rumahnya di Desa Aik Berik, Lombok Tengah, Jumat pagi.
Di hadapan wartawan, Andra Itayani alias Inaq Panji yang merupakan ibu dari almarhum Lailan Mahsyar tidak henti menetaskan air mata saat menceritakan seputar kronologis meninggal dunia anaknya yang berusia 4 bulan itu.
Inaq Panji menceritakan proses awal dilakukan upaya pengobatan untuk putra keduanya. Awal mula Rabu siang anaknya tiba-tiba demam yang disertai dengan sesak nafas kemudian karena ada anak dari tetangga yang pernah mengalami hal serupa menyarankan dibawa segera mungkin ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Praya. Tidak pikir panjang, Inak Panji dan keluarga membawa ke RS Praya, namun pihak rumah sakit menolak dengan alasan tidak ada ruangan kosong. Pihak rumah sakit minta dibawa ke Rumah Sakit Cahaya Medika (RSCM) Praya.
“Tapi saya minta agar diberikan pertolongan pertama namun tetap tidak diberikan,” ungkapnya.
Dilanjutkannya, karena tidak bisa diberikan pertolongan pertama oleh pihak RSUD Praya, kemudian Inaq Panji beserta keluarganya bergegas ke RSCM Praya. Di tengah jalan dia ingat klinik Yusra memiliki dokter spesialis anak dan akhirnya dibawa ke sana. Namun oleh petugas disampaikan dokter belum datang jam 3 sore.
“Baru saya lanjut ke RSCM,” ceritanya.
Sampai di RSCM, di sana petugas menginformasikan bahwa tidak ada ruang kosong juga. Namun oleh petugas ditanyakan akan masuk menggunakan BPJS atau umum, orangtua tegas mengatakan pakai jalur umum asalkan cucunya sehat. Tapi dengan jelas dia dengar, bahwa pihak RSCM mempertanyakan kenapa pihak RSUD tidak memberikan pertolongan pertama. Dengan kondisi pikiran yang terbagi, dia tidak begitu banyak bicara. Namun hanya minta anaknya diberikan pertolongan pertama.
“Pakai BPJS atau umum,” katanya mengulangi kata petugas RSCM.
Petugas setempat pun menyampaikan ada ruangan kosong. Kemudian dokter memeriksa kondisi anaknya. “Coba cepat ditangani dengan memasangkan oksigen nggak akan separah ini,” katanya mengulangi penyampaian dokter RSCM.
Tidak lama, dokter RSCM meminta perawat untuk memasang oksigen namun oleh petugas menyampaikan stok oksigen kosong. “Pakai saja oksigen yang saya pakai ini nak,” tawar salah satu pasien.
“Bersyukur ada pasien yang baik hati yang rela membuka oksigen demi anak saya,” ceritanya.
Parahnya dalam pengakuan ibu almarhum, oksigen dipasangkan oleh petugas satpam bukan petugas kesehatan. Melihat kondisi anaknya yang makin parah, dokter menyarankan untuk dirujuk ke RSUD atau RSUD Provinsi NTB. Dia memilih ke RSUD tapi sayang ruangan belum ada sampai sore.
“Setelah ada kabar ada ruangan dibantu orang dalam baru dapat ruangan dan bisa dirawat. Sampai magrib di sana dan meninggal dunia setelah dicium ayahnya,” bebernya.(s)