LOMBOK – Kepala Dinas Pertanian Lombok Tengah, Taufikurahman mengungkapkan, laporan yang masuk ke dinas ada sekitar 30 hektare lahan tanaman cabai tersebar di 12 kecamatan diserang penyakit antraknosa.
“Ada di Kecamatan Janapria dan Kopang. Untuk di Kecamatan Praya Barat Daya baru 2 tahun tanaman cabai kita kembangkan,” ungkapnya, Minggu (15/1/2023).
Secara detail kadis tidak bisa membeberkan masing kecamatan, namun secara persentasi 30 persen rusak berat. Sementara 45 persen dalam kondisi rusak sedang, 35 persen rusak ringan yang menurutnya bisa diatasi obat anti jamu.
Untuk itu, dirinya menyarankan kepada petani untuk melaporkan kepada petugas yang telah disiagakan dinas jika ada informasi yang baru masuk.
“Silakan lapor ke petugas pengamat Organisme Pengganggu Tanama (OPT),” arahkannya.
Taufik mengatakan untuk mengurangi resiko tanaman cabai terkena penyakit antraknosa, petani kedepan menyiapkan lahan sebelumnya dengan pengolahan tanah terlebih dahulu dengan menambahkan semacam obat ke tanah yang akan ditanami.
“Harus persiapan bagus, makanya tergantung dari olah lahannya, jika kurang bagus nanti bakteri penyebab antraknosa makin berkembang,” bebernya.
Sementara, petani cabai keriting di Desa Montong Sapah, Kecamatan Praya Barat Daya terancam merugi. Tanaman cabai mereka diserang penyakit antraknosa atau disebabkan oleh jamur. Akibatnya, cabai petani mati dan layu.
“Ini disebabkan karena hujan dan tanaman cabai kami sempat terendam banjir,” ungkap seorang petani cabai, Roby kepada wartawan, Minggu (15/1/2023).
Disampaikan Roby, awalnya target panen cabai 4 ton. Namun melihat kondisi ini, dipastikan hasil berkurang. Roby mengaku, lahan tempat dirinya menanam cabai sekitar 40 are.
“Sekitar 300 batang mati saya punya ini, hasil panen saya prediksi menurun sekitar 1 ton,” tuturnya.
Hal sama disampaikan petani cabai lainnya, Rusli. Petani asal Dusun Bentang, Desa Montong Sapah mengaku mengalami kondisi yang sama. Setidaknya 40 are lahan yang ditanami cabai.
“Sudah kita pakai macam-macam obat setiap 3 hari sekali, tapi masih seperti ini,” ungkapnya.(nis)