LOMBOK – Anggota DPRD Lombok Tengah Daerah Pilih Batukliang Utara – Batukliang mengaku miris mendengar begitu banyak gedung sekolah roboh. Terbaru itu muncul lagi di wilayahnya, SDN Sintung Barat di Desa Karang Sidemen.
Sidik juga menyayangkan lambannya sikap Dinas Pendidikan Lombok Tengah. Untuk itu, politisi PKS ini melihat perlu adanya reformasi total dari Dinas Pendidikan terkait dalam merencanakan pembangunan fasilitas pendidikan agar tidak kalah dengan infrastruktur lain.
“Intinya Dinas Pendidikan harus benar-benar melakukan reformasi total, harus berbenah dan merencanakan dengan baik,” tegasnya kepada jurnalis Koranlombok.id, Kamis (9/2/2023).
Disebutaknnya, banyaknya gedung sekolah yang rusak bahkan ambruk, harusnya dinas segera direspons. Soalnya ini menyangkut masa depan anak-anak penerus bangsa dan kenyamanan para guru mengajar. Sidik yakin, banyak gedung ini kondisi buruk sejak lama. Karena tidak mungkin bermunculan berita gedung sekolah rusak dan ambruk.
“Pasti sudah bertahun tahun tidak direspons,” yakinnya.
“Bagaimana kita akan bisa memastikan anak-anak kita mendapatkan pendidikan yang bagus sementara tempat belajar mereka tidak layak dan selalu dihantui rasa takut, pemerintah daerah harus lebih proaktif untuk memperhatikan detail terhadap bangunan-bangunan sekolah, agar tidak ada yang ambruk lagi,” pungkasnya.
Sementara, atap ruang guru di SDN Repok Sintung Barat ambruk. Hal ini disampaikan Kepala SDN Repok Sintung, I Gusti Made Budiarti.
Katanya, sejak tahun 2019 dirinya menjadi kepala sekolah kondisi sudah seperti ini akibat dari gempa. Kami sudah dilaporkan ke Dinas Pendidikan beberapa kali tapi sampai saat ini belum ada tanggapan.
Dijelaskannya, kondisi yang mengkhawatirkan tersebut pihak sekolah terpaksa memindahkan siswa kelas 6 yang berada di sebelah ruang guru dan kelas 4 bahkan 2 ke gedung SMPN Repok Sintung yang berada satu atap dengan SD tersebut. “Sementara kelas 5 tetap berada di bangunan utama. Untuk kelas 3 terpaksa kita tempatkan di eks rumah penjaga sekolah yang juga dalam kondisi rusak,” ceritanya.
Budiarti mengungkapkan, akibat kondisi ini jumlah siswa berangsur berkurang. Dari 100 orang siswa lalu menurun menjadi 90 orang dan kini hanya 81 orang siswa.
“Ya mungkin wali murid khawatir juga,” katanya.
“Kalau boleh jujur kami juga di sini tidak punya MCK, UKS, dan ruang Perpustakaan,” sambungnya.(nis)