LOMBOK – Wakil Gubernur NTB, Hj. Sitti Rohmi Djalillah mengklaim kasus stunting di NTB menurun di bawah 17 persen. Sementara terakhir 30 persen dari sekitar 75 ribuan jumlah anak. Wagub menegaskan ini saat meninjau posyandu keluarga di Dusun Karang Baru, Desa Segala Anyar, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Senin (20/2/2023).
“Perlu diingat itu sudah turun drastis ya, sebelumnya kita melihat angka stunting selalu di atas 30 persen,” tegasnya kepada awak media.
Rohmi mengatakan, tahun 2024 NTB menargetkan angka penurunan stunting 14 persen dari saat ini yang diklaim oleh pemerintah di bawah 17 persen.
Wagub menjelaskan, lingkungan yang sehat menjadi hal yang penting bagi pertumbuhan anak-anak, tak terkecuali bagi orang dewasa termasuk dengan kesehatan lansia. Menurutnya, pengetahuan tersebut telah dapat diakses masyarakat melalui posyandu keluarga.
“Kita bicara tentang gizi, bagaimana asupan protein yang baik, sanitasi dan lingkungan bersih serta sehat. Itu semua di posyandu telah diedukasi,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Kesehatan NTB, Lalu Hamzi Fikri mengatakan di NTB posyandu telah difungsikan 95 persen untuk penanganan stunting. Dia juga mengatakan prioritas penurunan stunting dilakukan di Lombok Tengah, Lombok Barat, dan Lombok Utara. Terutama bagi bayi yang lahir bawah berat minimal.
“Memang ada juga anak yang lahir under weight ini juga kita beri atensi, di Lombok Tengah ada 17.286 atau sekitar 13,95 persen. Tadi Ibu Wagub mengatakan memang ada penurunan,” tegasnya lagi.
Dijelaskannya, pemerintah saat ini melakukan intervensi penurunan stunting secara spesifik dan sensitif. Secara spesifik dengan memperbaiki asupan gizi masyarakat, salah satunya dengan cara memberikan pil penambah darah dan mendorong anak-anak agar diberikan protein hewani. Sedangkan secara sensitif dijelaskan 70 persen melalui kesehatan lingkungan serta edukasi lainnya melalui posyandu.
“Rata-rata posyandu kita di NTB ini aktif semua hampir sekitar 95 persen, di Lombok Tengah ini aktif semua,” yakinnya.(nis)