LOMBOK – Jumlah bayi dalam kategori Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) cukup tinggi di Kabupaten Lombok Tengah. Data Dinas Kesehatan, ada 709 kasus dari 18 ribu kelahiran sepanjang tahun 2022. Kasus ini merata di 12 kecamatan.
“Hampir semua puskesmas ada,” ungkap Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dikes Lombok Tengah, Nasrullah kepada jurnalis Koranlombok.id, Selasa (21/2/2023).
Dijelaskannya, dalam data dari Dikes kasus bayi yang mengalami BBLR selama 2022 terbanyak dilaporkan dari Puskesmas Sengkol dengan 46 kasus, Bagu 45 kasus, dan Pengadang 40 kasus. Sementara terendah kasus tersebut dilaporkan di Puskesmas Wajageseng 11 kasus dan Pringgarata 2 kasus. Dalam data tersebut, terhitung ada 80 kasus bayi yang terlahir dalam kondisi BBLR meninggal dunia dari usia 0 – 28 hari.
“Penyebab bayi terlahir dalam kondisi BBLR karena ibu hamil dalam kondisi Kurang Energi Kronis (KEK),” bebernya.
Terpisah, dokter spesialis anak RSUD Praya, dr. Putu Diah Vedaswari mengatakan banyak kasus BBLR yang ditangani di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Praya, namun sarana dan prasarana dan fasilitas publik milik Pemkab terbatas.
“Kita bahkan pernah menerima bayi dengan berat 1000 gram, tapi karena kita rumah sakit dengan type C jadi maksimal pasien bayi yang kita bisa terima dengan berat 1.800 gram,” katanya.
“Kebanyakan bayi yang mengalami BBLR itu butuh bantuan pernafasan melalui alat ventilator, kita gunakan sarana prasarana yang tidak maksimal,” sambungnya.
Ditambahkannya, kasus kematian bayi di RSUD Praya pada bulan ini ada 5 kasus akibat BBLR, dia mengakui banyak sekali keluhan terkait BBLR di Lombok Tengah. Lebih lanjut semasa kehamilan kandungan nutrisi dan pemeriksaan kehamilan untuk selalu diperhatikan oleh ibu dan keluarga.
“Disiapkan benar-benar sebelum hamil HB nya harus stabil, nutrisinya, jangan sampai gizi buruk ibunya. Saat hamil harus tepat waktu untuk melakukan AEC, kalau misalnya kehamilannya berisiko wajib untuk melakukan persalinan di Rumah Sakit,” tegasnya.(nis)