LOMBOK – Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Fathul Gani mengungkapkan jika lahan pertanian di NTB terus mengalami penyusutan. Dimana, dari 270 ribu hektare lahan pertanian produktif tahun 2022, menyusut menjadi 260 hektare. Apakah ini tanda-tanda ancaman pangan untuk NTB?
Gani menegaskan, kendati saat ini lahan pertanian menyusut, tetapi produksi hasil pertanian di NTB diklaim khususnya padi justru meningkat dengan menggenjot intensifikasi pola tanam.
“270 jadi 260 hektare. Tapi Alhamdulillah produksi kita meningkat. Itu artinya ketika kita dihadapkan dengan situasi semakin menyusutnya lahan pertanian maka kita harus genjot dalam intensifikasi pertanian pada pola tanam kita IP 100-400,” tegasnya, Kamis (9/3/2023).
Fathul Gani menyampaikan, ikhtiar dalam menjaga swasembada pangan tetap dilakukan dengan memperhatikan tekstur dan unsur hara tanah yang diperhatikan langsung oleh penyuluh di lapangan.
Dijelaskannya, berdasarkan data Badan Pusat Statisik (BPS) tahun 2022, NTB mampu memproduksi 1,4 juta ton gabah kering yang setara dengan 900.000 ton beras siap konsumsi. Sementara tingkat konsumsi beras daerah NTB rata -rata 600.000 ton pertahun dengan surplus 300.000 ton.
“Kita masih ada surplus 300 ribu ton,” tegasnya lagi.
Ditambahkannya, dengan adanya surplus 300 ribu ton beras NTB, dibeberkannya pemerintah pusat memberikan apresiasi bahwa NTB mampu mempertahankan swasembada pangan sebagai penopang pangan nasional di tengah semakin menyusutnya lahan pertanian.
“Sekitar 1,2 persen kalau kita kalkulasi kan hampir 10.000 ton. Secara masif terjadi di Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lotim hampir Pulau Lombok kecuali KLU,” bebernya.(rif)