LOMBOK – Puluhan aktivis Gerakan Solidaritas untuk Meang meluncurkan koin untuk Meang. Ini merupakan sebuah gerakan mewujudkan Jembatan Harapan bagi Warga Meang. Peluncuran gerkan solidaritas publik itu dilakukan dalam gawe Berayan Ramadan, di Bale Berayan, Sabtu (15/4/2023).
Gerakan Koin untuk Meang, adalah respons atas persoalan buruknya infrastruktur jalan dan jembatan akses ke Dusun Meang, Desa Pengantap, Sekotong, Lombok Barat. Buruknya jalan dan jembatan itu telah banyak memakan korban, termasuk Harni Puspitasari, seorang ibu yang melahirkan di tengah jalan desa, lantaran tak ada alat transportasi yang bisa diakses.
Peristiwa yang sempat viral di media sosial itulah yang menginspirasi gerakan koin untuk Meang.
“Saya ingin menyampaikan salam dan ucapan terimakasih dari warga Meang, atas perhatian semua kawan-kawan yang hadir di sini, yang mewujudkan Gerakan Koin untuk Meang,” kata Fauzi, warga Meang yang tengah menempuh kuliah di Universitas Mataram.
Fauzi menuturkan bahwa buruknya jalan dan jembatan ke Dusun Meang telah berdampak terhadap berbagai sektor kehidupan warga Meang. Mulai dari sektor kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. “Seingat saya pelayanan posyandu terakhir, waktu saya kelas dua SD, setelah itu tak pernah ada lagi pelayanan posyandu bagi warga kami,” kata Fauzi.
Berayan Ramadan diisi sejumlah musisi yang hadir dengan beragam warna musik mereka. Kelompok musisi muda Selemor, yang terdiri dari mahasiswa Prodi Sendratasik UNU NTB hadir membuka acara. Empat personil Selemor, masing-masing Tegar, Fatwa, Ayu, dan Bam menyuguhkan musik khas anak muda yang penuh semangat.
Hadir pula kelompok musik Wage. Kelompok baru yang terdiri dari sejumlah musisi muda berbakat, Wahyu, Gena, dan Alamsyah menghibur hadirin dengan dua nomer lagu dari puisi karya Pikong.
Wahyu Kurnia, vokalis Wage sangat mengapresiasi Gerakan Koin untuk Meang. “Gerakan ini menunjukkan bahwa masih ada jiwa Kemanusiaan dalam diri kita,” katanya.
Pada puncak acara, musisi Ary Juliant menampilkan lagu-lagu anomali yang jarang diperdengarkan ke publik selama ini. Berayan Ramadan kali ini adalah titik kelima dari gerakan musik gerilya Ary Juliant yang digelar selama Ramadhan tahun ini.
Dari lima nomor lagu yang disuguhkan, Ary Juliant menutup penampilannya dengan sebuah lagu tentang kelahiran yang digubah dari puisi seorang penyair Bandung. “Cerita dalam lagu ini sepertinya nyambung dengan cerita ibu di Meang yang berjuang melahirkan buah hatinya dalam situasi yang memprihatinkan,” Kata Ary Juliant.
Jembatan untuk Meang rencananya akan dibangun dari donasi publik melalui gerakan Koin untuk Meang. Jembatan itu tengah dirancang oleh Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Mataram. Bagi publik yang ingin terlibat mewujudkan koin untuk Meang, bisa berdonasi melalui rekening Bank Mandiri, no 1610011884827, atas nama Fauzi.
Perkembangan penggalangan dana ini akan dilaporkan secara berkala melalui media sosial Facebook dan Instagram, @SolidaritasMeang.(dk)