LOMBOK – Sebanyak 10 orang mahasiswa asal NTB dari kloter tiga tiba di Bandara Internasional Lombok, Rabu sore (3/5/2023). Mereka merupakan rombongan mahasiswa yang berhasil dievakuasi pemerintah Indonesia dari perang antar militer, dengan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (PDC) di Sudan.
Setibanya di bandara, mahasiswa ini sempat menceritakan kondisi mereka saat masih berada di Sudan. Setiap hari sampai malam suara baku tembak mereka selalu dengar. Mereka pun dilarang keluar rumah.
“Situasi di Sudan sekarang sangat mencekam,” cerita salah satu mahasiswa asal Lombok Timur, NTB, Muhammad Abdullah kepada media.
Lebih memprihatinkan lagi, sejak 10 hari terakhir listrik mati total. Makanan sulit diperoleh karena semua toko tutup. Sementara kondisi baku tembak terjadi sejak tanggal 15 April 2023 sampai sekarang.
“Yang kami takut peluru nyasar,” tuturnya.
Bahkan pernah sekali bom mengenai tempat tinggalnya di Sudan. Namun beruntng saat itu dirinya tidak berada di lokasi.
“Kalau saya di sana tidak tahu apa yang terjadi,” katanya.
Selanjutnya kata Abdullah, proses evakuasi dari Khartum ke Port Sudan New International Airport membutuhkan waktu 15 jam perjalanan.
Di tempat yang sama, Asisten II Setda Provinsi NTB Nurhandini Eka Dewi mengatakan kedatangan 10 orang mahasiswa ini merupakan kloter tiga gabungan dari dua kloter pemulangan dari Jeddah. Sampai dengan saat ini, sisa satu mahasiswa masih bertahan di Sudan. Dia tidak mau pulang karena pengalaman dulu sulit bisa ke Yaman.
“Itu alasannya, tapi kami tetap pantau,” kata Eka.
Dibeberkan mantan Kadis Kesehatan NTB ini, sebagian besar mahasiswa NTB di Sudan dapat beasiswa dari DASI NTB.(ken/nis)