15 Ribu Anak Stunting di Lombok Tengah

oleh -928 Dilihat
FOTO ANIS JURNALIS KORANLOMBOK.ID Seorang tenaga kesehatan saat memberikan obat kepada orangtua balita di Posyandu Desa Bangket Parak, Kecamatan Pujut, Desember 2022.

LOMBOK – Dinas Kesehatan (Dikes) Lombok Tengah mengklaim angka kasus stunting pada anak menurun. Dimana stunting merupakan masalah pada gizi dan nutrisi kronis yang ditandai tinggi badan anak lebih pendek dari standar anak seusainya.

Adapun penurunan angka stunting Lombok Tengah menjadi 17,40 persen dan tahun 2023 ditargetkan turun hingga 16 persen. “Cukup bagus progresnya yang diawal 2021 dulu kita diangka 21,21 persen sehingga kita turun juga 2022 20,81 persen. Kita bergerak terus dengan maping data,” terang Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dikes Lombok Tengah, Nasrullah kepada media, Kamis (18/5/2023).

Baca Juga  Mentan: Food Estate Bukan Proyek Gagal

Nasrullah membeberkan, saat ini jumlah anak stunting sekitar 15 ribu dan anak merata di 12 kecamatan, kendati demikian jumlah terus berkurang rata-rata dibawah 20 persen dari beberapa waktu lalu.

“Tidak ada yang mayoritas sekarang, hampir semua kalau dilihat dari data tiap puskesmas jumlah stuntingnya, tidak ada yang di zona merah,” klaimnya tegas.

 

Untuk menekan angka stunting, Dikes akan fokus mengintervensi 4.200 bayi diatas usia 6 bulan hingga 2 tahun dengan meningkatkan asupan protein hewani salah satunya dengan konsumsi telur.

 

Sementara itu stunting juga ditekan sejak sebelum masa pernikahan melalui pemeriksaan kesehatan dan berlanjut saat bayi dalam kandungan, terlebih bagi ibu yang dalam Kondisi Energi Kronis (KEK) yang berpotensi melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

Baca Juga  Reaksi Pathul Ketika Motor Dinas Kadus Disentil

 

“Sekarang kita siapkan setiap puskesmas stok roti untuk asupan nutrisi ibu dalam kondisi energi kronis dan bayi gizi kurang,” katanya.

Dikes juga fokus kepada bayi yang mengalami gizi kurang dengan harapan mencegah anak tumbuh menjadi gizi buruk dan berakibat stunting. Sedangkan jumlah bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Lombok Tengah ada 800 bayi dari sekitar 18 ribu kelahiran pada data 2022.

Baca Juga  KPU Loteng Majukan Jadwal Debat, Usulkan Dua Lokasi

Disebutkan Nasrullah, kebanyakan masalah stunting tersebut kebanyakan bukan karena sedikitnya sumber gizi yang dapat dikonsumsi, melainkan pola asuh orang tua yang salah saat memberikan asupan protein.

 

“Kalau masalah gen sebenarnya sangat kecil malah tidak ada, banyak bapak ibu nya pendek tapi anaknya tinggi,” bebernya.

“Ada anak yang berkecukupan asupan gizinya, tapi pola asuhnya dan pemberian makannya yang tidak bagus, seperti lebih suka memberikan snack ketimbang protein makanya ini yang kita sosialisasikan,” sambung Nasrullah.(nis)

Tentang Penulis: Redaksi Koranlombok

Gambar Gravatar
Memberikan informasi Penting, Unik dan Menarik untuk dibaca

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.