LOMBOK – Anggota Komisi IV DPRD Lombok Tengah Hj. Nurul Adha mengimbau sekolah agar mengaktifkan bimbingan konseling di sekolah. Hal tersebut untuk mencegah adanya tindakan kekerasan seperti tawuran antar pelajar terjadi.
“Bukan hanya tawuran tapi banyak sekali hal-hal yang terjadi, salah satunya anak-anak yang tidak ada di sekolah saat jam belajar sehingga peran serta aktif dari BK sangat dibutuhkan,” katanya kepada jurnalis Koranlombok.id, Selasa (24/5/2023).
Selain itu kata Nurul Adha, perlu adanya petugas keamanan di setiap sekolah untuk mencegah hal tersebut, terutama di pedesaan dimana sekolah terkadang luput mengawasi siswanya.
Selain itu, guru BK diminta melakukan pendekatan yang baik kepada para siswa bukan hanya ketika ada permasalahan di sekolah antar sesama murid, tapi mendampingi jika anak memiliki permasalahan di tempat lain. Terlebih di tengah rencana Lombok Tengah sebagai kabupaten ramah anak. Ia menyayangkan jika kekerasan antar pelajar terjadi.
Disampaikannya, fungsi guru BK di sekolah seharusnya sebagai wadah siswa konsultasi terkait kehidupan sosial dan karir pendidikan yang ingin dituju setelah lulus. Sementara background guru BK di Lombok Tengah kebanyakan bukan memiliki pendidikan konseling ataupun psikolog.
“Sekarang sudah bagus tapi sebelumnya itu backgroundnya sekadar saja dan yang penting ada, bukan sebagai prioritas padahal hal tersebut merupakan hal yang baik sebagai preventif jika ada masalah siswa di rumah,” sambung Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Lombok Tengah, Sugeng Dwi Raharjo, Kamis (18/5/2023).
Sementara itu menurut data yang dimiliki, angka tawuran antar pelajar tingkat sekolah semakin tinggi di Kota Praya, trendnya semakin naik pertahun sekitar 50 hingga 60 persen.
“Tinggi banget, bukan hanya angkanya yang naik tapi kualitas berantemnya juga semakin naik,” kata Dwi.(nis)
