LOMBOK – Kepala Desa Lendang Ara, Kecamatan Kopang, Kabupaten Lombok Tengah, Ayunan berhasil menyulap Bendungan Tandung Andung menjadi objek wisata.
Dimana, objek wisata ini terletak sekitar 6,2 kilometer ke Utara dari Masjid Darussalam Kopang. Objek wisata itu dilengkapi dengan taman, kolam renang untuk anak-anak dan dewasa serta wahana perahu karet di atas bendungan.
Ayunan menceritakan, dibangunnya taman di objek wisata ini mulai pada tahun 2019. Dimana saat itu baru saja dirinya menduduki jabatan sebagai kepala desa.
Ia membeberkan, awal terinspirasi ketika dirinya memperhatikan kesamaan wajah alam sekitar bendungan dengan keindahan wisata alam yang ada di Ubud, Bali. Terdapat hamparan sawah yang bertingkat dibawah pintu air bendungan.
“Saya pribadi memiliki pengalaman di bidang pariwisata, saya memiliki pengalaman bekerja di Bali. Saya melihat potensinya ada seperti di Ubud,” ceritanya kepada awak media, Jumat (23/6/2023).
Objek wisata ini dibangun di atas lahan seluas 2,7 hektare dengan menyedot anggaran pembangunan dari Dana Desa (DD) Rp 800 juta tahun 2019, ditambah Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Dinas Pariwisata Lombok Tengah Rp 6,8 milliar tahun 2021.
Dijelaskannya, melalui DAK tidak hanya fasilitas kolam renang dan taman yang berhasil dibangun. Termasuk juga jejeran kios UMKM dan akses jalan menuju bendungan. Sementara Maret 2022 Desa Lendang Ara ditetapkan oleh Pemkab Lombok Tengah sebagai desa wisata melalui SK yang diterbitkan Dinas Pariwisata.
“Tahun 2021 kita coba launching dan waktu itu memang baru ada kolam renang, kita lihat respons pasar ternyata banyak peminatnya. Kami juga belajar kepada desa wisata lainnya seperi Desa Mas-Mas, Bilebante, Setanggor,” beber pria jebolan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram itu.
Sementara sekarang pihak Pokdarwis mematok karcis masuk untuk menikmati Wisata Bendungan Tandung Andung Rp 10 ribu untuk semua fasilitas, seperti parkir, kolam renang, wahana perahu, dan menara pandang. Kedepan kepala desa berencana akan membuat camping ground di sekeliling bendungan.
Diakuinnya, dulu sempat mendapatkan penolakan dari warga saat awal pembangunan dengan alasan khawatir tidak boleh masuk untuk menggarap lahan mereka.
“Kalau ada masyarakat yang sedang nyabit rumput, atau garap sawah juga tidak apa-apa karena itu kan jadi keunikannya,” beber kades.
Dirinya dan pemerintah desa mengajak masyarakat untuk bekerjasama, bahkan masyarakat pemilik lahan di sekitar boleh membangun apa saja yang diinginkan seiring mulai ramainya wisata Tandung Andung.(nis)