LOMBOK – SDN Sondo di Dusun Sondo, Desa Lekor, Kecamatan Janapria dianaktirikan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah. Sekolah yang dibangun tahun 1984 silam ini, sampai 2023 hanya memiliki tiga ruangan kelas. Sementara itu dua ruang kelas yang baru dibangun 1993 silam, merupakan hasil swadaya masyarakat dari program BP3 di Dusun Sondo.
“Sudah tidak layak sebenarnya karena tidak memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) karena luas ruangannya hanya 4 x 6 meter,” ungkap Kepala SDN Sondo, Darna kepada wartawan, Selasa (18/7/2023).
Dia menyampaikan, plafon di sejumlah ruang kelas telah jebol dan terancam rubuh. Akhirnya terpaksa disangga dengan bambu, sementara ruang kelas 3 dan 2 yang beratapkan asbes membuat suasana belajar tidak nyaman karena pengap dan panas.
“Terpaksa kita ajak mereka belajar di emperan kelas,” cerita Darna.
Ia menambahkan, sekolah yang dipimpinnya itu sejak awal dirinya mengajar 2002 baru dua kali mengalami renovasi dan hanya memiliki 3 ruang kelas. 1 ruang guru dan 1 ruang perpustakaan yang kini digunakan untuk ruang kelas 1.
Dibeberkannya, pihaknya telah memanggil konsultan untuk mengukur kerusakan di sekolah, namun belum menjadi perhatian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Tengah hingga kini.
“Semua sudah diproses bahkan operator telah ikut bimtek, sampai RAB-nya itu sudah jadi dah lama tapi sampai sekarang belum ada,” katanya.
Ditegaskannya, pihak sekolah juga telah mengeluarkan biaya untuk membayar konsultan untuk memantau kerusakan sebesar Rp 500 ribu. Sementara dari dinas hanya memberikan janji untuk dilakukan perbaikan.
Salah satu dampak dari kondisi gedung sekolah seperti saat ini. Jumlah siswa menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018 jumlah siswa 114 orang, sedangkan tahun lalu 22 orang tambahan siswa tapi yang bertahan hanya 18 orang siswa, sementara tahun 2023 yang mendaftar 24 siswa namun kini yang masuk hanya 16 orang. Sehingga total siswa 85 orang.
“Animo masyarakat ini tinggi sebenarnya namun memilih yang jauh karena fasilitasnya lebih bagus,” sebutnya.(nis)