LOMBOK – Lembaga Perlindungan Anak (LPA) akan turun investigasi di MAN 1 Lombok Tengah atas kasus dugaan bully dilakukan oknum guru kepada siswinya inisial R.
“Terkait peristiwa tersebut tim dari LPA akan melakukan investigasi secepatnya,” ungkap Ketua LPA Lombok Tengah, Satriawan Amri kepada jurnalis Koranlombok.id, Sabtu (29/7/2023).
Saat ini, tim LPA Lombok Tengah masih berkoordinasi menindaklanjuti informasi yang beredar di media. “Intinya secepatnya pak,” jawab singkat dia.
Sementara, Kepala MAN 1 Lombok Tengah Masdiono yang dihubungi jurnalis Koranlombok.id membantah semua itu. Dirinya mengaku sudah memanggil dua orang guru untuk diklarifikasi seperti dimaksud orangtua siswi.
“Makanya saya bingung jadinya, itu kapan kejadiannya,” kata Masdiono.
Dari informasi yang beredar, ia memastikan tidak ada bully yang terjadi di lingkungan sekolah. “Tidak pernah ada itu. Dua guru dimaksud satu guru ngaku tidak ada jam di kelas 11. Kan jadi bingung kapan kejadian itu,” tegasnya.
Informasi yang pernah diterima kepala sekolah, korban sejak semester II ceritanya sudah ingin pindah dari MAN 1 Lombok Tengah. Alasan karena sekolah jauh dari tempat tinggalnya.
Sebelumnya, seorang siswi MAN 1 Lombok Tengah inisial R mengaku pernah dibully oknum guru di dalam sekolah. Pascakejadian itu, korban pun selalu menangis ketika ditanyak seputar apa yang menimpanya. Sekarang ia memutuskan untuk berhenti sekolah di MAN 1.
“Iya, sama guru dan teman-teman di dalam kelas,” ungkapnya kepada jurnalis Koranlombok.id, Jumat (28/7/2023).
R mengaku pernah mendapatkan perlakuan seperti ini juga saat duduk di bangku Kelas 1 di MAN Lombok Tengah. Namun dia baru kali ini membuka kepada orangtuanya.
“Iya, saya tidak mau sekolah lagi di sana,” katanya sambil menangis.
Di tempat yang sama, orangtua korban Rini Andriani mengaku kecewa atas kejadian ini. Dirinya baru mengetahui kasus itu menimpa putrinya, Rabu (26/7/2023). Awalnya pada Hari Rabu kata orangtua korban, R tiba-tiba tidak mau keluar kamar dia juga tidak mau masuk sekolah. Dari situ orangtua pun bingung. Namun Kamis (27/7/2023) korban pelan-pelan mulai terbuka kepada ibunya.
“Tapi kalau pertama Hari Rabu kalau saya tanyak kenapa tidak sekolah pasti nangis, nah saya bingung ada apa dengan anak saya,” ungkapnya.
Diterangkannya, pada Kamis R mulai menceritakan sedikit demi sedikit kepada orangtua. Korban mengaku pernah dibully oknum guru di sekolah.
“Itu pun dijawab sama anak saya pada saat saya bertanya via wa. Yang tahu anak saya, ya pasti saya sebagai orangtuanya, kalau guru hanya beberapa jam bersama anak,” tegasnya.
Pengakuan korban kepada orangtuanya, baru-baru ini di dalam kelas dia pernah dibully oknum guru dan siswa di sana. Kejadian ini bermula saat guru memberikan pertanyaan namun korban tidak bisa menjawab. Saat itu oknum guru memberikan sanksi dengan meminta semua siswa dalam kelas melihat korban. R pun merasa malu atas perlakuan tersebut.
Kemudian kejadian berikutnya, oknum guru lain diduga memukul kening korban karena ketahuan keluar mengambil titipan sesuatu.
“Ada lagi satu oknum guru juga gara-gara caranya membuat anak saya jadi bahan ejekan. Ini kalau saya hitung sudah tiga kejadian,” bebernya.
Bingungnya lagi kata ibu korban, saat ini putrinya tidak mau lagi masuk sekolah. Dia sangat menyesalkan kasus menimpa anaknya itu. Orangtua memastikan, anaknya mengalami rusak mental atas perbuatan oknum guru di MAN 1 Lombok Tengah.
“Saya mau klarifikasi ini kepada pihak sekolah, tapi nanti dulu. Saya akan fokus menenangkan anak saya dan membujuk untuk mau sekolah di tempat lain,” tuturnya.
Dari kasus menimpa anaknya, Rini berharap kasus ini tidak terulang kembali di MAN 1 Lombok Tengah. Cukup dirinya sebagai orangtua korban yang kuat dan berani berbicara ke media.
“Saya maunya biar tidak ada lagi korban. Bullying ini akan melekat seumur hidup anak. Kalau fisik, luka hilang maka bisa dilupakan kejadian itu. Saya kira MAN 1 Lombok Tengah sekolah yang lebih baik, ternyata bukan,” katanya.(dik/rin)