LOMBOK – PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Cabang Mataram memberikan pelatihan bagi 33 pengrajin anyaman bambu di Dusun Nyanggi, Desa Montong Gamang, Kecamatan Kopang Lombok Tengah, Sabtu (29/7/2023).
Pimpinan PT PNM Cabang Mataram, Ade Kresna mengatakan pelatihan tersebut diikuti oleh 33 orang pengrajin yang sekaligus juga merupakan nasabah dari PNM. Mereka didampingi untuk belajar kerajinan bambu sehingga menjadi produk yang baik dan menarik seperti lampu hias, sampul pot bunga, keranjang sampah, dan lain sebagainya.
“Tujuan utama dari pelatihan ini adalah bisa memperluas pemasaran usaha peserta agar dapat masuk ke dalam pasar lokal, nasional, dan online yang bisa menambah kesejahteraan keluarga sehingga nasabah PNM naik kelas,” kata Ade.
Dijelaskannya, pelatihan tersebut merupakan salah satu bentuk dari tiga modal PNM dalam mendukung pertumbuhan usaha ultra mikro dan UMKM.
Dimana PNM memberikan tiga modal yaitu finansial, intelektual dan sosial. Modal finansial diberikan melalui pembiayaan usaha produktif, sedangkan modal intelektual melalui pendampingan antara lain pelatihan, berbagi info dan pengalaman.
“Sementara modal sosial, PNM membangun kepedulian nasabah melalui jejaring usaha dan sinergi bisnis yang mampu membantu percepatan usaha nasabah,” terangnya.
Sementara, Sekertaris Kecamatan Kopang, Heni Ernawati menyambut baik program ini. Dimana PNM dan pihak kecamatan selalu berkoordinasi dalam beberapa kegiatan rutin sejak 2021 silam.
“PNM ini ke pelosok-pelosok dusun mencari potensi usaha, kita punya kerajinan bambu, kuliner dan banyak lagi berskala rumah tangga, mengingat masih banyak juga belum mendapat uluran bantuan,” ujarnya.
Dengan adanya kegiatan ini dirinya berharap kedepannya di Kecamatan Kopang memiliki berbagai produk kerajinan anyaman bambu yang berkualitas dunia. “Alhamdulillah PNM Mekar datang memberikan sentuhan peningkatan kapasitas dalam pengelolaan usaha,” katanya.
Sementara, narasumber dalam pelatihan Owner Purnama Shop Zaenuri Hamka. Dia memberikan gambaran soal produk ataupun barang biasa tapi kegunaan luarbiasa sehingga akan berpengaruh ke harganya.
“Kita ini mau naik kelas, dimana yang biasanya kita menggunakan tutup nasi (anyaman bambu,red), dan itu bisa kita gunakan sebagai parsel alas buah dalam acara-acara besar dan lebih berharga dan mewah,” ungkapnya.
Zaenuri mengatakan target pasar kerajinan yang hanya menyasar menengah kebawah dapat lebih mewah dibuat dan tentu bis dihargai lebih mahal.
“Kemudian pemikiran ini supaya dirubah dari barang biasa menjadi luar biasa, dari harga 1000 rupiah bisa menjadi ratusan ribu hingga jutaan rupiah,” jelasnya. (nis/adv)