LOMBOK – Harga beras meroket di pasar. Sampai saat ini pemerintah belum ada solusi. Parahnya, dua OPD malah saling lempar tanggungjawab atas persoalan ini.
Kepala Dinas Pertanian Lombok Tengah, Muhammad Kamrin malah memastikan stok beras masih aman, bahkan diklaim surplus. Apalagi Pemerintah Lombok Tengah telah meriah predikat tertinggi sebagai daerah atau Kabupaten Penyangga Pangan Nasional karena produksi petani melebihi kebutuhan masyarakat.
Sementara dengan adanya lonjakan harga beras di pasar satu pekan terakhir, disebutkan ini merupakan menjadi ranah Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lombok Tengah.
“Padi yang telah menjadi gabah maka tata niaganya itu sudah tidak menjadi tanggungjawab Dinas Pertanian, selanjutnya kemana dibawa beras ini? siapa yang memiliki gudang beras? bagaimana dengan Bulog kita itu merupakan tugas Disperindag,” tegas Kamrin kepada media, Kamis (7/9/23).
Dijelaskan dia, Dinas Pertanian telah menargetkan surplus melebihi tahun 2022 sejumlah 200.00 ton per tahun. Dimana surplus pada tahun 2022 sebesar 176.000 ton per tahun, Dinas Pertanian sudah surplus beras, artinya petani sudah produksi padi menjadi beras, kemudian Dinas Pertanian menghitung produksi petani beras dengan kebutuhan masyarakat.
“Produksi beras dari petani memiliki kelebihan surplus yang digunakan untuk penyangga pangan nasional,” katanya.
Kamrin menegaskan lagi, kenaikan harga beras yang melambung tinggi bukan karena produksi beras tidak ada, produksi beras ada. Sementara penyaluran beras ini memiliki pelaku meliputi pembeli beras, pengepul, penampung penyimpanan beras di gudang.
“Itu urusan Disperindag berkaitan bagaimana menjaga distribusi keseimbangan beras di pasar. Kalau produksi beras sudah surplus, distribusi dari pelaku pengusaha ini seperti apa yang sebenarnya terjadi dan Dinas Pertanian tidak sampai sana,” sebutnya.
Menurut dia, untuk mengendalikan harga beras supaya stabil perlu dilakukan operasi pasar dan keluarkan cadangan pangan untuk didistribusikan ke pasar. Tujuan untuk melawan mafia yang menaikan harga beras.
Disamping itu, harga jual beras diketahui naik dari pengakuan para pedagang di Pasar Renteng, Praya. Para pedagang mengaku mengambil untung sedikit, untuk beras berkualitas medium misalnya mengalami kenaikan Rp 2.000 per kilogram.
Salah satu pedagang beras di Pasar Renteng, Junaidi mengatakan harga beras kualitas medium naik dari Rp 11.000 menjadi Rp 13.000 per kilogram, sedangkan harga dari pemasok Rp 12.600.
“Saya cuma dapat Rp 400 per kilogram,” katanya kepada jurnalis Koranlombok.id, Rabu (6/9/2023).
Diterangkannya, pasokan beras juga terbatas sehingga sulit mendapatkannya. Pihaknya menduga kenaikan harga beras dipicu oleh pemasok yang kesulitan mendapatkan gabah dari petani. Ditambah dengan pengaruh dari dampak fenomena El Nino.
Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lombok Tengah, Raden Roro Sri Mulyaningsih menyebutkan sejauh ini stok beras terbatas tidak seperti sebelum kemarau. Begitu juga harga beras medium menjadi Rp 13.000, harga yang premium Rp 15.000, kenaikan harga beras ini naik dari Rp 1.000 sampai 2.000.
Diungkapkan Roro, harga beras saat ini sudah diatas harga Harga Eceran Tertinggi (HET) NTB yang tergolong dalam zona 1 meliputi Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB dan Sulawesi. Dimana, HET beras medium Rp. 10.900 per kg sedangkan beras premium Rp. 13.900 per kg.
Selanjutnya untuk zona 2 meliputi Sumatera selain Lampung dan Sumsel, NTT dan Kalimantan, HET beras medium Rp. 11.500 per kg dan beras premium Rp.14.400 per kg.
Terakhir zona 3 meliputi daerah Maluku dan Papua, HET beras medium sebesar Rp. 11.800 per kg dan untuk beras premium sebesar Rp. 14.800 per kg. “Stok beras saat ini masih ada tapi harga mahal, saat ini dikategorikan waspada,” katanya.(ufi)