LOMBOK – Bisnis online FEC berakhir di meja kepolisian. Penyidik Polres Lombok Tengah akan segera memanggil pihak pelapor dan terlapor dalam kasus ini.
Kepala Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Lombok Tengah, AKP Hizkia Siagian mengatakan mentor dan tutor bisnis Future E Commerce (FEC) dilaporkan oleh salah satu member. Dimana laporan diterima polisi tanggal 7 September dengan pelapor Muhammad Bahri yang merupakan seorang ASN.
Pengakuan korban sekaligus posisi Ace Mentor FEC, dia mengalami kerugian hingga Rp 300 juta. Sampai sekarang uang di aplikasi tidak bisa ditarik, tidak seperti sebelumnya. Uang macet sejak Sabtu, 2 September 2023.
Video wawancara:
“Kita sudah atensi dari Selasa lalu dan kini masih tahap penyelidikan,” terangnya kepada wartawan, Jumat (8/9/2023).
Kasat Reskrim mempersilahkan kepada para korban untuk melaporkan jika merasa dirugikan oleh perusahaan FEC. Polres memperkirakan ada ribuan orang korban dalam bisnis online itu.
“Ini masih kita kumpulkan bahan untuk didalami,” katanya.
Dalam kasus yang baru masuk meja kepolisian ini, mentor dan tutor aplikasi FEC dilihat berpotensi terjerat hukum jika nanti terbukti. “Tergantung dari hasil pendalaman kami,” tuturnya.
Selain itu, Polres Lombok Tengah mengimbau warga untuk tidak mudah percaya terhadap janji orang-orang yang menawarkan untung cepat dari usaha yang tidak jelas.
“Jangan tergiur dengan iming-iming keuntungan besar dengan modal yang sedikt,” serunya.
Sementara itu, Ace Mentor FEC Muh. Bahri yang juga pelapor kasus ini menegaskan jika dirinya juga menjadi korban. Harusnya saldo Rp 200 juta lebih bisa ditarik namun sampai sekarang pending statusnya.
“Saya tidak tahu mau ngomong apa, saya juga korban,” katanya dalam podcast bersama jurnalis Koranlombok.id, Kamis (7/9/2023).
Dijelaskannya, sejak Hari Sabtu pekan lalu memang tidak bisa dilakukan penarikan siangnya. Bahkan sampai sekarang. Ia tidak mengetahui jelas apa penyebabnya. Namun informasi sebelumnya ada upgrade system, tapi nyatanya sampai sekarang belum normal juga.
“Ini semua kita merasakan,” ungkap dia.
Bukan hanya system tak berfungsi, pihak management perusahaan asal Amerika ini juga hilang kontak. Mereka sudah tidak bisa lagi dihubungi.
“Begitu banyak teman-teman menghubungi saya, Cuma saya tidak tahu mau jelaskan apa. Saya juga korban,” tegas dia.
Kalaupun harus menempuh jalur hukum atau mencari bantuan advokasi, pihaknya sangat siap bersama-sama berjuang. Apa yang dirasakan anggota atau member lain sangat dipahaminya.(dik)