LOMBOK – Meroketnya harga jual beras membuat sejumlah pihak gerah. Begitu juga mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Kota Mataram. Mereka turut mempersoalkan ini.
“Sekarang hamper Rp 20 ribu per kilogram, ini menjadi harga tertinggi dalam sejarah,” tegas Ketua KAMMI Kota Mataram, Khairul Muamalah kepada jurnalis Koranlombok.id, Kamis malam (29/2/2024).
Khairul menyebutkan indikator kenaikan harga beras yang beragam. Bisa saja karena lahan pertanian yang semakin sempit, sumber pengelolaan air bahkan mekanisme pengelolaan harga yang kurang ideal.
“Intinya penyebab paling real adalah kepincangan kinerja pemerintah pada sektor terkait yang berimbas pada kegagalannya dalam hal memaksimalkan produktivitas beras. Kepincangan ini hampir menyeluruh dari hulu ke hilir,” ungkapnya.
Khairul melihat proses menyelesaikan masalah menurut KAMMI harus berbasis pendekatan yang jelas. Jangan sampai masalahnya A solusi malah Z.
“Jadi tidak bakal ketemu solusinya,” sentilnya.
Maka dari itu, KAMMI Mataram meminta solusi jangka pendeknya harus ada regulasi dari pemerintah untuk memastikan harga sembako ini stabil. Selanjutnya, pemerintah harus buat terobosan jangka panjang agar masalahnya ini tidak terjadi berulang-ulang.
“Salah satunya adalah mendukung para petani agar optimalisasi hasil pertanian ini bisa berjalan dengan baik. Bentuknya bisa berupa bantuan pupuk, benih dan juga sistem irigasi yang teratur,” katanya.
Atas persoalan ini, KAMMI Mataram mengancam bakal turun aksi demo. Namun saat ini masih pertimbangkan sembari memantau perkembangan lebih lanjut dari pemerintah.
“Jika lonjakan harga sembako ini tidak segera membaik maka sudah menjadi keharusan bagi kami untuk memberikan shock terapi,” tegasnya.
Selain itu, KAMMI juga menyentil harga beras mahal dan salah satu juga terjadi kelangkaan. Dia menduga ini karena gencarnya penyaluran Bansos dari Presiden Joko Widodo mulai awal Januari.
“Bisa kita indikasikan adanya penyetokan beras secara besar besaran,” sebut dia.(srf)