MATARAM – Gelaran Liga 3 NTB yang dimulai Sabtu, 6 Agustus 2022 dengan kick off yang dilakukan di GOR 17 Desember, Kota Mataram mulai bergulir. Langkah Asprov PSSI NTB yang memberlakukan tiket masuk bagi penonton, menuai kritik keras berbagai pihak. Komersialisasi Liga 3 NTB oleh Asprov PSSI NTB
dinilai belum saatnya, dan dianggap kurang sensitif dalam memahami kondisi kehidupan masyarakat, terlebih masih dalam suasana Covid-19, dimana ekonomi masyarakat masih terpuruk dan belum benar-benar pulih.
Salah satu kritik datang dari Chairman Lombok Football Club (Lombok FC), H. Bambang Kristiono, SE (HBK). Anggota DPR RI dari Dapil NTB 2/P. Lombok ini menilai, belum saatnya Liga 3 NTB diberlakukan pembelian karcis, mengingat Liga 3 sifatnya juga yang masih amatir.
“Saya berpendapat bahwa karcis buat penonton baru boleh diberlakukan apabila sepakbola NTB sudah berada di level profesional atau Liga 2,” kata HBK, Sabtu kemarin.
Asprov PSSI NTB sendiri telah mengumumkan menjual dua kategori tiket selama penyelenggaraan Liga 3 yang diikuti 26 klub yang terbagi dalam empat group masing-masing dua group di P. Lombok dan dua group di P. Sumbawa. Tiket VIP dijual dengan harga Rp 500.000,- dan tiket untuk kelas biasa dijual dengan harga Rp 15.000,- untuk setiap pertandingan.
HBK menegaskan, Asprov PSSI NTB seharusnya lebih kreatif dalam mencari pendanaan. Salah satunya adalah dengan lebih banyak menarik sponsor untuk turut membantu menopang pembiayaan kompetisi.
“Intinya, gelaran Liga 3 yang masih amatir ini jangan dululah dikomersialisasikan. Prioritas para petinggi Asprov PSSI NTB saat ini mestinya adalah, mendorong agar GOR terisi penuh penonton. Mulai membangun antusiasme, fanatisme, dan militansi para supporter terhadap klub keanggaannya masing-masing,” tegasnya.
Alih-alih menjual tiket pertandingan, seharusnya Asprov PSSI NTB memberikan dulu insentif kepada masyarakat pecinta sepakbola NTB untuk masuk stadion secara gratis.
Karena itu, HBK ingin agar momentum kembali bergulirnya Liga 3 NTB tahun ini, bukan menjadi momentum komersialisasi kompetisi. Tetapi, momentum untuk memupuk dan membina loyalitas fans klub peserta Liga 3.
“Berikan kesempatan kepada para pecinta sepakbola NTB untuk bisa menikmati gelaran sepakbola klub-klub kecintaannya, karena sepakbola tanpa suporter itu seperti sayur tanpa garam, anyep dan nggak ada menarik-menariknya,” tandas HBK.
Sementara, sebagai wujud keberpihakannya kepada para suporter, manajemen Lombok FC sendiri sudah mengambil keputusan untuk menyumbangkan seluruh dana pembibaan yang akan diberikan Asprov PSSI NTB bagi setiap klub peserta Liga 3, yang nilainya Rp 20 juta kepada manajemen Babalo, group supporter Lombok FC.
Dana sebesar Rp 20 juta tersebut, akan digunakan para Babalo, sebutan untuk para suporter Lombok FC di seluruh NTB, untuk membeli tiket menonton setiap pertandingan yang akan dijalani Lombok FC.
Rencananya, penyerahan dana kepada group suporter Babalo tersebut akan dilakukan langsung oleh Presiden/CEO Lombok FC Rannya Agustyra Kristiono di ruang pertemuan Mess Lombok FC sebelum Lombok FC bertanding menjalani laga perdananya.
“Kami memahami sepenuhnya, bahwa para suporter merupakan bagian yang sangat penting dalam setiap moment pertandingan. Akan terasa hampa sebuah pertandingan sepakbola tanpa kehadiran suporter,” kata Rannya.
Dara yang banyak menginspirasi para millenial di NTB ini menegaskan, para suporter tak ubahnya pemain kedua belas dalam sebuah klub sepak bola.
Dan bagi Lombok FC, Babalo merupakan sumber semangat, sumber energi, dan sumber kekuatan bagi seluruh pemain Lombok FC yang sedang bertanding di lapangan. Kehadiran Babalo dalam setiap pertandingan juga dapat memberikan semangat, kekuatan, dan motivasi bagi para pemain, tim pelatih, maupun official klub.
“Lebih dari pada itu, suporter adalah penopang dan prasyarat utama jika sebuah klub ingin menjadi klub sepakbola professional,” katanya tegas.(as)