Indahnya Toleransi Beragama Menurut Islam

oleh -304 Dilihat
FOTO ISTIMEWA / Dua anak tengah membaca Alquran

 

Penulis: H. ABDUL HAKIM IBRAHIM

Komisioner Baznas Prov. NTB

 

 

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Toleransi beragama di dalam Islam telah diatur oleh Allah SWT dalam Alqur’an surat Al-Kafirun ayat 1 – 6 yang artinya :

  1. Katakanlah : “ Hai orang-orang kafir”
  2. “Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah”
  3. “ Dan Kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah”
  4. “Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah”
  5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah”
  6. “Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku”

Dinukil dari Buku Asbabun Nuzul oleh Imam as-Suyuthi, Ath-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang Quraisy menyeru Rasulullah SAW agar diberi harta supaya mereka menjadi orang paling kaya di Makkah. Mereka akan menikahkan Rasulullah SAW dengan wanita yang diinginkan beliau.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, surat ini menyatakan tentang pembebasan diri dari apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik. Surat ini juga memerintahkan untuk membersihkan diri dari segala bentuk kemusyrikan dengan sebersih-bersihnya.

Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa beliau tidak akan pernah menjadi penyembah apa yang disembah oleh kafir Quraisy, begitupun sebaliknya. Para kafir Quraisy tidak pernah pula menjadi penyembah Allah SWT. Sebagaimana bunyi ayat yang keempat dan kelima.

Baca Juga  Eksistensi dan Kontribusi Para Mu'allaf

Pada akhir Surat Al Kafirun ini Rasulullah SAW melepas diri dari mereka tentang segala hal yang mereka kerjakan, “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.

Di dalam Al-Qur’an Allah juga menjelaskan bahwa Salah satu fondasi utama agar umat Islam menghormati keyakinan beragama orang lain ada pada QS al-Baqarah ayat 256. “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan, ayat ini turun ketika adanya salah satu sahabat Anshar yang mendatangi Rasulullah SAW. Dia meminta izin kepada anaknya yang beragama Nasrani agar dipaksa untuk menjadi seorang Muslim.

Kisah bermuatan nilai-nilai toleransi pun dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Siapa yang bisa menyangkal adanya piagam Madinah saat Rasulullah hidup bersama kaum Yahudi, Nasrani. Cendekiawan Muslim H Zainal Abidin Ahmad, dalam bukunya Piagam Nabi Muhammad SAW: Konstitusi Negara Tertulis Pertama di Dunia, tersirat dengan gamblang betapa Rasulullah menghargai kerukunan hidup beragama.

Baca Juga  Pemutakhiran Data Pemilih Pilkada 2024: Strategi Validasi dan Akurasi DPT

Sehingga prinsip-prinsip dalam QS al-Kafirun merupakan dasar-dasar toleransi sejati yang mengandung nilai-nilai universal. Saat Muslim menghormati akidah agama lain dengan mengatakan, tak pernah menjadi penyembah yang kamu sembah juga berlaku pada pemeluk agama lain. Mereka tidak akan menyembah apa yang Muslim sembah. Saat prinsip-prinsip ini diterapkan, toleransi akan terwujudkan.

Dalam konteks masyarakat plural seperti di Nusa Tenggara Barat (NTB), sikap saling menghormati dan menjaga harmoni antar umat beragama menjadi kunci utama untuk menciptakan kedamaian di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Bahwa konsep toleransi dalam Q.S. al-Kāfirūn [109] berisi penjelasan toleransi yang khas, yakni dengan beberapa batasan yang tidak boleh dilanggar antara lain dalam hal yang berkaitan dengan keimanan (‘aqīdah) dan ritual peribadatan (‘ibādah). Hal tersebut selain ditunjukkan melalui rangkaian ayat demi ayat yang membangun keseluruhan surat Q.S. al-Kāfirūn, juga dapat dilacak berdasarkan asbāb al-nuzūl ketika surat ini diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Pendapat para mufasir mengenai ayat-ayat tersebut menggambarkan beberapa aspek yang menjadi penekanan dalam surat ini. Di antara pesan yang paling utama adalah perbedaan yang jelas di antara orang beriman dengan mereka yang memilih kafir kepada Allah beserta konsekuensinya masing-masing. Jika orang yang memilih beriman dijanjikan keselamatan di akhirat. Maka hal itu tidak berlaku bagi mereka yang memilih untuk kafir kepada Allah. Hal tersebut memberikan konsekuensi logis bahwa kekafiran akan menuntun seseorang pada kecelakaan dan berbagai praktik ibadah yang mereka lakukan menjadi tidak berarti sedikitpun di sisi Allah Swt. Namun demikian, tidak ada halangan bagi seorang muslim untuk berlaku baik dan adil terhadap sesama manusia termasuk kepada non-muslim. Sebab sikap yang demikian merupakan bagian dari dakwah yang wajib dilakukan oleh setiap muslim kepada seluruh manusia.

Baca Juga  Memperingati Hari Pahlawan Nasional 10 November 2023

Begitu Indah Islam mengatur toleransi beragama, untuk itu mari kita saling menghormati dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan kita masing-masing.

Wallahu Aklam Bisshowab.

Tentang Penulis: Redaksi Koranlombok

Gambar Gravatar
Koranlombok media online dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Koranlombok selalu menayangkan berita Penting, Unik dan Menarik untuk dibaca.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.