LOMBOK – Sejumlah warga di dua desa yakni, Desa Ganti dan Semoyang, Kecamatan Praya Timur sejak dua bulan terakhir beli air bersih untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Tengah telah menyiapkan langkah untuk membantu warga terdampak kekeringan.
Kepala Pelaksana BPBD Lombok Tengah, H. Ridwan Makruf memprediksi musim kemarau 2023 lebih panjang daripada tahun sebelumnya. Ia menyebutkan puncak akan terjadi September 2023.
Kendati demikian sejauh ini belum ada permohonan air bersih, namun BPBD Lombok Tengah telah menyiapkan 100 tangki air bersih untuk masyarakat dengan kapasitas tangki 5000 liter.
“Kita siapkan air untuk siapa saja yang minta sudah kita stok,” tegasnya kepada jurnalis Koranlombok.id melalui telepon, Senin (13/6/2023).
Untuk itu Ridwan mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan penghematan penggunaan air bersih. Sejauh ini pihaknya memberikan atensi untuk enam kecamatan yang paling sering terdampak kemarau panjang. Kecamatan Praya Barat Daya, Jonggat, Janapria, Praya Timur, Pujut, dan Praya Barat.
“Karena debit mata air juga mulai berkurang, jadi harus berhemat lah,” imbaunya.
Di samping itu, dampak musim kemarau juga dirasakan oleh petani tembakau di Dusun Rentang, Desa Ganti, Kecamatan Praya Timur, Rian Saputra. Disampaikannya untuk mengairi 1 hektare lahan tembakau pihaknya membeli air dengan harga Rp 350 ribu per mobil tangki air yang didatangkan dari Desa Mujur.
“Untuk mengairi semua lahan mana cukup kita belinya 2 atau 3 tangki air,” kata Rian, tadi siang.
Dibeberkannya sejak dua bulan terakhir air bersih untuk kebutuhan sehari-hari warga mengaku membeli air galon isi ulang dengan harga per galonnya Rp 5 ribu.
“Kalau kita nggak beli kan nggak minum, paling nggak satu hari Rp 15 ribu sehari kita beli air galon. Nyuci dan mandi kita numpang di sumur tetangga,” ungkapnya.
Rian menceritakan bantuan sumur bor dari Pemkab Lombok Tengah sudah lama ada, namun tidak mengalir hingga ke rumah warga.
Sementara itu warga Desa Ganti lainnya, Santi mengatakan sehari-hari membutuhkan paling tidak sekitar 60 liter air bersih untuk memasak dan minum. Untuk memenuhi pasokan air bersih dirinya mengambil air gratis dari keran yang telah disediakan kepala desa dari sumur bor pribadinya.
“Kalau nggak ada di sini ya beli, kadang dua kali ada tiga kali kesini,” ceritanya.
Ia mengatakan kesulitan air bersih tersebut dialami dirinya dan warga lain sejak beberapa bulan lalu. Namun demikian dirinya belum pernah membeli air mineral dalam kemasan galon dengan alasan mahal.(nis)