LOMBOK – Musim kemarau mulai dirasakan dampaknya oleh warga di Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah. Ada dua desa yang santer merasakan dampak. Warga Desa Ganti dan Semoyang. Sejak dua bulan terakhir, warga terpaksa beli air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari menggunakan galon. Per galon air dibeli dengan harga Rp 5 ribu.
“Kalau sehari butuh sampai tiga galon atau 15 ribu minimal,” ungkap warga Dusun Matek Maling, Desa Ganti, Rian Saputra kepada wartawan, Senin (12/6/2023).
Rian membeberkan, di wilayah tempat tinggalnya tidak ada masuk air PDAM. Warga pun terpaksa membeli air bersih. Kadang dia terpaksa minta air di tetangga yang memiliki sumur.
“Tapi lebih sering beli air,” tuturnya.
Ia membeberkan, biasanya warga membeli air bersih dari truk tangki yang keliling jual air bersih. Dia juga mengaku sangat menyayangkan kenapa persoalan seperti ini sampai sekarang belum ada solusi dari pemerintah.
“Setiap tahun begini kami,” katanya.
Rian menegaskan, ini baru soal kebutuhan hidup. Belum lagi air untuk lahan pertanian. Pasalnya, rata-rata sekarang warga di Timur sedang menanam tembakau. Mereka juga membeli air dari truk tangki yang mengambil air dari salah satu embung.
“Kalau per tangki ukuran 1500 liter kami beli 200 sampai 300 ribu,” ungkapnya.
Dijelaskan Rian, untuk 1 hektare lahan pertanian membutuhkan minimal dua tangki air. Sementara air irigasi dan embung beberapa bulan terakhir kering.
“Ada aliran air irigasi tapi kering. Ada sumur bor tapi tidak ngalir ke sini. Makanya harus kita beli saja air,” ceritanya.
Senada disampaikan petani tembakau dari Dusun Bilebante Desa Semoyang, Taring. Dirinya juga selama ini membeli air untuk kebutuhan hidup di rumah dan lahan pertanian.
Diceritakan Taring, untuk 1 hekare lahan pertanian tidak cukup satu truk tangki air, petani membutuhkan sampai lima tangki atau membeli air dengan modal Rp 1 juta.
“Kalau saya beli air sampai 600 ribu sudah cukup karena tidak banyak tembakau saya tanam,” katanya.
Sementara itu, Kepala Urusan Perencanaan Desa Semoyang Badrun membenarkan kondisi ini. Ia mengaku kondisi seperti ini sejak lama terjadi, bahkan jadi langganan warga di sini krisis air bersih. Apalagi air untuk lahan pertanian.
Badrun mengatakan dengan kondisi ini warga terpaksa beli air menggunakan galon. Namun pihaknya sudah menyiapkan solusi dengan akan membuatkan surat rekomendasi ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), agar didropingkan air bersih.
“Setiap tahun begini, kami juga selalu membuatkan rekomendasi. Tapi tahun ini belum karena belum ada laporan dari masing kepala dusun,” terangnya.
Dijelaskannya, di Desa Semoyang dari 22 dusun rata-rata warga membutuhkan air bersih. Sementara untuk mencuci pakaian warga biasa memanfaatkan air bersumber dari Embung Pare.(nis)