LOMBOK – Anggota DPRD Lombok Tengah, Tarif angkat bicara terkait beroperasinya sentra ketak Pasar Seni Sengkerang di Kecamatan Praya Timur. Di mana tempat yang lama mangkrak itu, baru saja diaktifkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang dibuka Pjs Bupati.
Diketahui, pasar seni tersebut akan dibuka sepekan sekali yakni setiap hari Senin, namun jika begitu menurutnya perlu ada hal yang bisa memancing pengunjung untuk datang.
“Kemungkinan jangan sampai kerajinan ketak dan rotan saja, tapi juga pedagang lainnya seperti bakso dan lainnya untuk memancing pengunjung,” ujarnya pada jurnalis koranlombok.id pada Rabu, (20/11/2024).
Kata dia, perlu juga misalnya setiap pasar dibuka ada hiburan tradisional juga yang ditampilkan entah seperti wayang sasak, peresean ataupun kesenian musik gendang beleq.
“Ataupun pameran keris itu kan juga bisa,” ujarnya
Ditambahkan dia, segala bentuk pembangunan di bidang pariwisata dan industri kreatif Lombok Tengah bisa belajar ke Bali, dimana pemerintah dan masyarakat pro aktif terlibat promosi industri kreatif dan pariwisata mereka.
Sementara itu di Lombok Tengah pemerintah daerah bisa mengajak semua masyarakat agar mencintai produk lokal daerah.
Hal tersebut bisa saja dituangkan dahulu dalam regulasi agar kerajinan rotan dan ketak dan lainnya bisa digunakan di kantor-kantor pemerintahan.
“Kenapa tidak kita selipkan anggaran belanja di setiap instansi untuk peralatan seperti asbak, tempat tisu dan kerajinan lainnya yang sering digunakan,” ujarnya.
Disamping itu, tahun 90-an di Bali, sambung Tarif hal tersebut telah diterapkan lebih dahulu dan diwajibkan setiap instansi baik pemerintahan dan swasta agar menyerap produk-produk lokal.
Hal tersebut bisa saja dilakukan di Lombok Tengah karena kerajinan ketak dan rotan sebenarnya sudah menjadi trade mark daerah dan terbukti kualitasnya hingga dikirim ke mancanegara.
“Sebenarnya jika kita ada kemauan bisa saja kita lakukan,” yakinnya.
Sebelumnya, Pjs. Bupati Lombok Tengah Abdul Aziz mengatakan dengan dibukanya kembali sentra tersebut diharapkan sebagai icon daerah.
Dimana sentra ketak dan rotan tersebut kedepan akan dipromosikan kepada wisatawan dan buyer, sedangkan saat ditanya apakah akan ada perbup atau perda yang mewajibkan setiap wisatawan singgah di Sengkerang dirinya belum mengetahui karena bertugas sementara.
“Saya belum pelajari sampai sana ya, karena kan kita ini penjabat sementara hanya melanjutkan selama cuti pak bupati cukup,” ujarnya.(nis)