Meneladani Sikap Cinta Tanah Air dan Bela Bangsa Dari Rasulullah SAW

oleh -308 Dilihat
Foto Ilustrasi

 

 

 

Oleh: Pahrurrozi, M.Pd.I

Tenaga Pengajar Fakultas Tarbiyah UIN Mataram

 

 

Assalamu’alaikum warohmatulohi wabarokatuh

 

HARI ini ketika seseorang ditanya tentang bagaimana ia bernegara kemudian menghubungkan konsep bernegara dengan hadits yang berbunyi “mencintai negara adalah bagian dari iman”, kemungkinan besar ia akan terdiam sambil manggut-manggut. Membenarkan bahwa mencintai negara adalah bagian dari iman, tetapi sembari berpikir tentang apa yang telah ia perbuat untuk negaranya.

Kata iman dan negara adalah dua kata yang memiliki arti berbeda, baik dari segi bahasa maupun istilah. Iman berhubungan dengan sesuatu yang tidak terlihat (ghaib), nilai rasa terhadap suatu keyakinan seseorang, suasana kebatinan. Sedangkan kata negara tertuju pada sesuatu yang bersifat kasat mata (tangible), memiliki unsur-unsur yang meliputi: rakyat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat serta adanya pengakuan dari negara lain. Jika melihat dua hal tersebut (iman dan negara) secara terpisah (parsial) akan membuat kita  kaku untuk merefleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam hadits nabi tersebut. Oleh karena itu, marilah kita berusaha melihatnya secara utuh dan menyeluruh (universal).

Baca Juga  Surgaku di Bawah Telapak Kakimu Ibu

Sebagaimana uraian di atas, bahwa kita sebagai rakyat dan tempat tinggal kita sebagai wilayah negara adalah bagian dari unsur-unsur negara. Kedua hal tersebut memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan. Ketika seseorang menyadari dirinya sebagai bagian dari sebuah negara dan menyadari bahwa mencintai negaranya adalah bagian dari iman yang mencerminkan bentuk kepatuhannya kepada Allah SWT, maka dia akan berusaha untuk memberikan kontribusi yang baik bagi negaranya.

Usaha atau ikhtiar seseorang untuk berkontribusi kepada negara sering disalahmaknai ketika dia tidak menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari unsur-unsur negara. Makna berkontribusi pada negara, sering diartikan sebagai sesuatu yang besar dan sulit direfleksikan. Bagaimana tidak? Orang pada umumnya melihat bahwa menjadi pahlawan negara atau menjadi orang yang bermanfaat bagi negara harus memiliki klasifikasi tertentu, seperti memiliki suatu kelebihan yang diakui oleh orang banyak. Ketika kita terbelenggu dalam suasana pemaknaan sebagaimana di atas, maka tindak lanjut (follow up) dari konsekuensi hadits tentang mencintai negara adalah sebagian dari iman, hanya akan berakhir sebagai bahan diskusi yang tidak bisa dilaksanakan atau akan bermuara pada tataran konsep retorika yang bersifat statis.

Nabi sebagai teladan dalam semua aspek kehidupan seorang muslim telah memberikan contoh bagaimana beliau mencintai tanah kelahiran dan tempat tinggalnya (negaranya). Banyak hadits yang bisa kita temukan terkait anjuran bagi seorang muslim agar bisa menjadi bagian dari orang yang suka menebar kebaikan. Apabila setiap muslim berusaha menebar kebaikan atau memberi manfaat bagi lingkungan sekitarnya, maka akan berpengaruh terhadap keadaan negara yang ditempatinya.

Baca Juga  100 Hari Kerja Prabowo-Gibran, Akankah Mampu Membawa Indonesia Emas 2045?

Mencintai tanah air dan membela bangsa sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah Saw. tidak meski harus dimulai dengan sesuatu yang besar. Mencintai tanah air dan membela bangsa sesungguhnya bisa dimulai dari mencintai diri sendiri dan berusaha memperbaikinya dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan. Contoh kecil saja, ketika seseorang mengimani hadits nabi, menyadari dirinya sebagai bagian dari sebuah negara, dan tempat tinggalnya sebagai bagian dari wilayah negaranya. Dengan sendirinya, dia akan tergerak untuk memelihara kebersihan dan kenyamanan tempat tinggalnya atau berusaha memberikan yang terbaik bagi orang lain di sekitarnya.

Ketahuilah bahwa sekecil atau sesederhana apapun yang kita lakukan, selama itu merupakan bukti dari mematuhi perintah-Nya dan perintah nabi-Nya serta  bertujuan untuk memberikan kebermanfaatan untuk orang lain. Maka, pasti kita akan mendapatkan balasan yang terbaik dari-Nya. Sebagaimana hadits dalam riwayat Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda, yang artinya “Saat seorang pria sedang berjalan, tiba-tiba ia mendapati sebuah dahan berduri yang menghalangi jalan. Kemudian ia menyingkirkannya. Maka Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya”.

Kita mengimani bahwa Rasulullah Saw. diutus sebagai rahmat (yang memberikan kebaikan) bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Dengan demikian, apapun konsep beliau tentang sikap seorang muslim terhadap tempat tinggalnya (negaranya), sudah pasti mendatangkan kebaikan bagi negara tersebut. Oleh karena itu, marilah kita mulai dari diri sendiri. Perbaiki diri, tanamkan nilai-nilai kebaikan dalam bermasyarakat, jaga perasaan setiap orang yang berada di sekitar kita agar mereka nyaman dengan apa yang kita lakukan. Sehingga akan muncul suasana rasa kebersamaan saling menghargai, menghormati dan menyayangi yang menjadi landasan dari semangat persatuan dan kesatuan kita di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.(*)

Baca Juga  Memperingati Hari Pahlawan Nasional 10 November 2023

 

Tentang Penulis: Redaksi Koranlombok

Gambar Gravatar
Koranlombok media online dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Koranlombok selalu menayangkan berita Penting, Unik dan Menarik untuk dibaca.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.