Surgaku di Bawah Telapak Kakimu Ibu

oleh -298 Dilihat
FOTO PRIBADI SITI RAHMI

Penulis: SITI RAHMI

POSTUR tubuhnya kecil, lincah, dengan kulit kuning langsat dan sikap humble yang ngangenin. Efek terlahir prematur padahal semua saudaranya jebolan paskibra dan otomatis tinggi tegap mempesona. Senyumnya manis, membuat siapa saja yang melihatnya jadi adem.

 

Jiwa keibuan yang full tank membuat siapa saja merasa nyaman dengannya. Dulu badannya berisi dan segar. Kini berubah drastis, kurus dan ringkih. Sejak sang Maestro berpulang dalam tidur, tanpa sebab tanpa pesan. Disusul 33 hari kemudian sang kakak paling besar kami juga berpulang.

 

Rupanya itu menghantam jiwa raganya sedemikian dahsyat. Berbagai cara kami tempuh untuk menyembuhkan luka yang kelewat menganga. Efek kepergian dua permata kebahagiaannya. Peristiwanya sungguh sangat beruntun.Tuhan mengujinya sedemikian hebat.

 

Syukurnya semua luka itu diobati dengan aktivitas positif, menyibukkan diri. Entah dengan mengikuti pengajian di berbagai majlis taklim, bergabung dengan kelompok wirid, sholat berjama’ah ke masjid atau sekadar kumpul-kumpul minum kopi dengan soulmate-nya sambil ngobrol tentang anak cucu. Meski tidak dipungkiri rasa kangen dengan permata yang hilang kerap tiba-tiba mendera.

 

Fungsi rumah nyaris sebagai persinggahan malam saja. Sekadar terlelap sebentar saja. Rangkaian aktivitas itu beruntungnya mampu membuatnya tersenyum walau tak seceria dulu. Dialah sosok sang ibunda kami yang vokal, lincah, si publik speaker keluarga yang luar biasa. Role model bagi semua putrinya.

 

Sampai saat ini saya mengatakan beliau adalah sosok jenius yang sing ade lawan di zamannya. Ahli sejarah mumpuni. Saksi hidup yang melegenda. Ruang penyimpanan di otaknya sepadat hardisk 3 tera. Bagaimana tidak, rentetan peristiwa sejak tahun 60-an masih tertata rapi di otak kecilnya. Peristiwa G 30 S PKI, siapa saja yang terlibat atau tidaknya, jual beli tanah, pendirian madrasah, penerbitan sertifikat, sampai kasus kawin cerai orang beliau hapal.

 

Apalagi yang sunatan massal, beliau masih ingat dengan baik. Walau usianya pada waktu itu bisa dikatakan masih belia.Jadi, jangan coba-coba mengarang cerita yang diragukan validitasnya di depannya. Pasti beliau akan langsung mengoreksinya. Apalagi jika itu menyangkut kemashalatan atau hajat hidup orang banyak, beliau berani pasang badan membelanya.Persis batre alkaline full charger yang selalu on setiap saat.

 

Urusan ilmu ingat-mengingat atau hafal-menghafal ternyata menurun ke saya. Tahaddus bin ni’mah, waktu sekolah menengah (MTs dan MA Mu’allimat) dulu, bisa dikatakan semua materi dari semua pelajaran saya hafal luar kepala . Tak peduli mata pelajaran menghitung atau bukan. Inilah yang menghantarkan saya menjadi bintang nomor wahid tak terkalahkan selama 6 tahun berturut-turut kala itu.

 

Kebiasaan itu pun masih ada jejaknya sampai hari ini. Jika terniat ingin mengingat sesuatu, alhamdulilah sesuatu itu akan setia menempel di otak kecil. Jika tidak ada niat, mau sekecil apapun itu otak kecil saya tidak mau mengingatnya. Akan terdelete dengan sendirinya. Ini bermanfaat juga ketika menghafal vocabulary atau kosa kata bahasa-bahasa Asing yang kini saya geluti.

Baca Juga  Eksistensi dan Kontribusi Para Mu'allaf

 

Kemampuan akademik ibu saya susah ditandingi oleh siapapun di eranya. Semua jenjang pendidikan beliau lompati dengan sukses melalui jalur akselerasi. Meski selalu terlambat datang ke sekolah, tetapi setiap ditanya oleh gurunya tentang materi yang diajarkan, beliau selalu mampu menjawab dengan sangat apik dan pastinya sangat memuaskan. Konon kata teman-teman seletingnya, beliau adalah sosok panutan serta rebutan  kaum Adam ketika itu. He..beruntungnya bapak sayalah pemenangnya.

 

Kemampuan sempoa ibu kami di kalangan kolega, belum ada yang menyamainya hingga saat ini. Jika kami anak-anaknya berhitung dengan menggunakan  kalkulator, itupun kerap salah maka beliau akan langsung menegur kami. Beliau akan secepat kilat menghitung dan mengolah setiap soal di kepalanya atau dengan skill sempoa-nya yang lejen. Terus terang kami anak-anaknya tidak ada yang nuras alias mewarisi bakat spektakuler beliau ini. Kebanyakan dari kami memilih ilmu humaniora sebagai pendidikan lanjutan.

 

Ibu melanjutkan sekolah menengah atasnya di sekolah memasak atau sekolah yang mencetak para juru masak alias chef profesional. Selevel SMK-lah jika saat ini yang memiliki jurusan Tata Boga. Outputnya, beliau menjadi ‘Ran’ atau Chef Profesional dan terpercaya di kampung.

 

Jam terbangnya sebagai Chef terbilang cukup tinggi. Sampai kampung sebelah bahkan lintas Kota dan Kabupaten. Track recordnya bukan kaleng-kaleng. Bahkan setiap ada pengajian sang Pahlawan Nasional Almagfurllah Maulanasyeikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid ke Ponpes kami, beliau selalu diberikan kepercayaan untuk menjadi kokinya.

 

Kemudian beliau melanjutkan di Sekolah Persiapan IAIN (ejaan orang Sasak dulu: Persiapan Yain) yakni persiapan ke perguruan tinggi. Ini sepertinya levelnya masih menengah atas atau mungkin setingkat diploma. Di usia belia, ibu sudah mengenal Kota Mataram. Pribadi yang sangat tangguh, tahan banting, mandiri, kritis dan songel (punya mental kuat).

 

Kemampuan berkomunikasi sangat terlatih. Kompetensi ini ternyata rata-rata dimiliki juga oleh anak cucunya. Jika menyangkut diskusi, beliau jagonya. Kalau tidak distop, beliau gak bakalan berhenti berargumen.

 

Orangnya kekeuh, teguh pendirian tapi tak segan minta maaf jika  melakukan kesalahan. Sungguh sikap fair yang patut diacungin jempol. Sosok paket komplit yang limited edition. Bagi saya ini sungguh talenta yang sexy dan high class.

Baca Juga  Pemutakhiran Data Pemilih Pilkada 2024: Strategi Validasi dan Akurasi DPT

 

Pernah ikut tes CPNS dan lulus dengan nilai gemilang. Namun, kakek kami pada waktu itu tidak merekomendasikan beliau menjadi abdi negara. Mengabdilah pada suami dan anak-anakmu pesan Kakek kala itu. Insyaaloh  itu lebih berkah dan rizkimu akan mencukupi. Sebagai anak yang berbakti, jelas ibu kami mengamini. Hasilnya memang tidak mengecewakan.

 

Pola belajar kami yang teratur selalu beliau yang desain. Belajar kelompok boleh asal jangan kerjasama atau nyontek ketika ulangan. Baginya itu praktek culas dan fix haram hukumnya dilakukan putri-putrinya.Beliau juga yang mengatur buku apa saja yang harus kami baca.

 

Saya, kakak  dan adik-adik harus menghabiskan membaca buku satu dus besar setiap minggu. Buku-buku tersebut dibawakan Bapak dari hasil membeli jika ada rizki lebih,  kadang juga dari sumbangan atau hasil dari meminjam dari perpustakaan kantor. Ragam buku itu semisal ensiklopedia, buku pengetahuan umum, buku cerita, bahkan kisah Wiro Sableng Sang Pendekar 212 sampai series cerita silat Kho Ping Hoo boleh kami membacanya.

 

Kecuali Novel Fredy S yang tidak boleh disentuh sama sekali. Karena umur kami waktu itu tidak mencukupi untuk membaca romansa tingkat tinggi.  Buku-buku itu boleh dicoret atau ditandai.  Untuk memudahkan kami menanyakan istilah-istilah yang belum kami pahami.

 

Baginya, membaca adalah kunci menguasai segala hal. Tidak ada kegiatan atau keterampilan yang paling dahsyat yang dapat mengalahkan membaca. Maka kalimat magis, ‘membaca membuka jendela dunia’, itu benar adanya. Tak heran kami semua anak-anaknya akhirnya menjadi bintang kelas, kutu buku dan sukses berkaca mata tebal guys!!

 

Meski ibu bukan keturunan bangsawan,  namun beliau selalu mengajarkan kami bertutur sapa dengan bahasa Sasak alus kepada siapapun, minus bahasa Indonesia. Prinsip beliau, jika bahasa ibu sudah dikuasai, bahasa lain semisal bahasa Indonesia pasti akan mengikuti.

 

Ibu kami juga mengajarkan jika keluar rumah wajib hukumnya untuk berpamitan . Meskipun keluar main ke rumah tetangga. Kebiasaan ini beliau selalu contohkan. Sehingga kebiasaan itu pun terbawa sampai detik ini. Jika saya tidak berpamitan dan minta do’a sekali saja ketika berangkat kerja, rasanya seperti ada yang kurang.

 

Saban pagi saya selalu menyempatkan diri meminta do’a dari beliau. Saya meyakini sepenuhnya bahwa do’a ibu yang melangit adalah azimat yang tiada tara. Keikhlasan dan ketulusan do’a-do’a beliau tak tertandingi. Apalagi  untuk kami manfaatkan pada hal-hal di luar nalar.

 

Pernah suatu hari, ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, saya meminta uang perpisahan dengan jumlah dua kali lipat dari yang semestinya. Berharap itu jadi uang tambahan sih sebenarnya. Yaa, dasar sayanya saja yang gak bisa kurang duit.  Hasilnya semua uang perpisahan plus kelebihannya dan uang lainnya hilang ditelan ombak. Kebetulan acara perpisahan sekolah saya di Pantai Kute waktu itu. Sejak itu saya tidak pernah minta uang lebih lagi.

Baca Juga  Pernikahan Usia Dini Akibat Faktor Kemiskinan

 

Keikhlasan ibu kembali saya uji. Keisengan saya muncul kembali. Kali ini jaraknya cukup lama dengan peristiwa waktu di SD. Saya minta uang bayar SPP ketika kuliah dulu, walhal saya memperoleh tiga beasiswa sekaligus di tahun yang sama. Saya meminta uang SPP dengan dalih belum bayar. Tanpa pikir panjang, beliau langsung memberikannya saat itu juga. Karena orang tua kami selalu mengedepankan urusan jika itu menyangkut tentang pendidikan. Demi keberkahan ilmu yang diperoleh putri-putrinya tentunya.

 

Namun apa yang terjadi kemudian, bahwa uang  SPP yang diberikan itu hilang dalam sekejap berikut dompet dan uang beasiswa yang diperoleh. Sudah jatuh, ketiban tangga pula. Zonk, rugi bandar tingkat dewa. Kejadian itu benar-benar menyadarkan saya, bahwa sekecil apapun kebohongan ke orang tua tidak akan bermanfaat. Walau niat awalnya hanya iseng. Karena uang yang diberikan itu benar-benar murni dari jerih payah mereka. Benar-benar lahir dari ketulusan. Karma Tuhan itu ada, bahkan tidak menunggu lama. Ketulusan selalu menang dari kebulusan.

 

Sejak saat itulah, saya taubat nasuha alias tidak berani ngakalan lagi. Saya menyadari bahwa karena keikhlasan dan ketulusan jualah saya bisa sampai pada titik ini. Ini bermakna bahwa jangan sekali-sekali membohongi orang tua. Akibatnya Allah langsung memberikan azabnya. Ketulusan seorang ibu tak bisa diukur.

 

Oh ibu,  sungguh di bawah kakimu terletak surgaku.

 

Karenanya, wahai anak manusia muliakanlah ibumu selagi sempat dan sehat. Bahagiakan dia, cukupi kebutuhan lahir bathinnya.Jangan pernah membantahnya. Tapi luruskanlah ketika ia keliru dalam suatu hal.

 

Sempatkanlah waktumu untuk menengoknya.Saya yakin ia tidak meminta sesuatu darimu.Kepedulianmu dan sempatmu jadi obat paling mujarrab baginya.Dia adalah harta paling berharga yang tidak bisa ditukar dengan apapun.

Yakinlah itu.

Jika ia sudah meninggalkan dunia fana ini, do’akanlah setiap waktu agar dilapangkan kuburnya, disayangi Tuhannya dengan kedamaian hakiki.

Jika masih hayat, do’akan agar senantiasa panjang umur, sehat ‘afiat dan diberikan keberkahan hidup serta kebahagiaan dunia akherat.

 

Harapanku..

 

Oh..Ibu .

Ingin kudekap

Dan menangis di pangkuanmu

Sampai aku tertidur

Bagai masa kecil dulu

Lalu do’a-do’a

Baluri sekujur tubuhku

Dengan apa membalas Ibu?

 

Ibu..

Kami mencintaimu….

SELAMAT HARI IBU UNTUK IBU HEBAT SEDUNIA!!!!

Tentang Penulis: Redaksi Koranlombok

Gambar Gravatar
Memberikan informasi Penting, Unik dan Menarik untuk dibaca

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.