LOMBOK – Baru-baru ini masyarakat Lombok Tengah kembali dihebohkan dengan kasus meninggalnya seorang ibu tiga anak warga Dusun Pemondah, Desa Sengkerang, Kecamatan Praya Timur. Namanya Nur Kartini, 39 tahun.
Pihak keluarga menduga kuat, Nur meninggal dunia karena lambannya respons dari pihak RSUD Praya untuk menerima rujukan pasien dari Puskesmas Mujur. Dalam komunikasi antara petugas Puksemas dengan pihak RSUD Praya, pihak rumah sakit berdalih bed penuh sehingga tidak bisa menerima pasien rujukan.
Atas kejadian ini, suami korban Jayadi mengaku akan menempuh jalur hukum. Namun sementara pihaknya masih menunggu keputuskan keluarga besar.
“Saya akan tempuh jalur hukum, saya betul-betul kecewa dengan pelayanan RSUD Praya yang lamban ini,” tegas Jayadi yang ditemui jurnalis koranlombok.id di rumahnya, Rabu (18/12/2024).
Kata Jayadi, ia tak kuasa menahan rasa sedih pasca ditinggal istri tercinta. Dia merasa kecewa atas pelayanan RSUD Praya dimana sang istri dalam kondisi kritis namun lamban direspons untuk bisa dirujuk dari Puskesmas Mujur ke RSUD Praya.
“Atau mungkin karena kami kurang diperhatikan karena miskin, jujur biar kami miskin kemudian istri saya diselamatkan tiang (saya, red) berani untuk berutang demi keselamatan istri, tapi mau bagaimana lagi,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Jayadi membeberkan kronologis sebelum meninggal dunia sang istri. Pada Rabu, (11/12/2024) istri mengeluh karena mengalami sesak nafas, selain itu tangan kanannya bengkak akibat tertusuk jarum pentol.
Pada Kamis, (12/12/2024) pada pukul 11.00 WITA anak keduanya dibantu oleh adik membawa Nur Kartini ke Puskesmas Mujur untuk dirawat. Selama di Puskesmas cerita Jayadi, istri mendapatkan perawatan mulai dari pemasangan oksigen serta pemeriksaan lainnya dan disarankan untuk dirujuk ke RSUD Praya.
Sementara pihak petugas kesehatan Puskesmas Mujur mendapatkan konfirmasi dari RSUD Praya harus menunggu selama 2 jam sebelum bisa merujuk pasien.
“Dari jam 10 diminta menunggu selama 2 jam katanya, sampai lebih 2 jam setengah bahkan sampai 3 jam lebih baru ada responsnya disuruh bawa sampai di tengah perjalanan istri saya meninggal dunia,” ceritanya.
Kendati diketahui meninggal dunia dalam perjalanan, Jayadi keras meminta petugas membawa istrinya sampai ke RSUD Praya. Di sana nanti ia ingin menunjukkan kondisi istri yang sudah tidak bernyawa lagi.
Sampai di RSUD Praya, dia sempat mengamuk dan meminta pertanggungjawaban pihak rumah sakit yang menyebabkan istrinya meninggal dunia. Jayadi tak menyesali musibah ini jika RSUD Praya lebih cepat merespons rujukan dan sempat melakukan perawatan kepada korban.
“Kalau memang betul-betul tulus direspons langsung dirujuk ke Praya masih ada nyawanya dan sempat dirawat ya tidak apa-apa, tapi ini tidak ada sama sekali responsnya tertekan sekali batin saya,” kesalnya.
Jayadi menambahkan, Kamis (12/12/2024) jajaran RSUD Praya sempat mendatangi kediamannya dan mengucapkan rasa belasungkawa. Namun langkah untuk menempuh jalur hukum masih dipertimbangkan dirinya beserta keluarga. Atas kasus itu, dia berharap jangan lagi ada pasien kritis yang diabaikan pihak rumah sakit.
Sampai berita ini ditayangkan, Direktur RSUD Praya Mamang Bagiansyah yang dikonfirmasi Koranlombok.id belum ada respons.(nis)