LOMBOK – Otoritas Bandara Internasional Lombok mencatat jumlah penumpang meningkat 8,3 persen sejak tanggal 21 sampai 24 Maret 2025 sekitar 24.397 penumpang atau 6.100 per hari. Ini semua dampak dari arus mudik menyambut Lebaran 2025.
Kita dibandingkan dengan pekan sebelum periode Posko Lebaran 2025 yang rata-rata ada diangka 4.500 penumpang per hari, terjadi peningkatan pergerakan penumpang 35 persen.
General Manager Bandara Internasional Lombok Stephanus Milyas Wardana mengatakan, dengan adanya trend peningkatan penumpang pihaknya juga memprediksi bisa melayani 150 ribu penumpang perhari.
“Jadi good news untuk kita disela-sela anjuran penghematan ada antusias masyarakat untuk pulang lebaran,” katanya pada media, Selasa (25/3/2025).
Katanya, puncak arus mudik penumpang di Bandara Lombok diprediksi Jumat, 28 Maret 2025 dengan sekitar 8 sampai 9 ribu penumpang dalam sehari dan diperkirakan sampai dengan momen selesai lebaran.
Katanya, rata-rata ada tiga bandara tujuan penerbangan dari Lombok yakni Bandara Soekarno – Hatta, Cengkareng kemudian Bandara Juanda, Surabaya dan Bandara Ngurah Rai di Denpasar, Bali.
“Lebih banyak penumpang yang datang mungkin komposisinya sekitar 45 sampai 55 persen,” bebernya.
Kendati demikian belum ada pengajuan extra flight dari maskapai, tetapi ada penambahan frekwensi penerbangan rute ke Kuala Lumpur.
Hal tersebut karena jumlah penerbangan berkurang karena banyak maskapai yang mengurangi jumlah armada pesawat yang dimiliki seluruh Indonesia sejak pasca pandemi Covid 19.
Sementara itu untuk pergerakan pesawat, dalam 4 hari terakhir terdapat 276 pergerakan pesawat atau rata-rata 69 pergerakan pesawat per hari. Angka ini turun 9,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang ada diangka 306 pergerakan pesawat atau 76 pergerakan pesawat per hari.
Namun jika dibandingkan dengan pekan sebelum periode Posko Lebaran 2025 yang rata-rata ada diangka 63 pergerakan pesawat per hari, terjadi peningkatan pergerakan pesawat sebesar 9,5 persen.
“Jadi selama covid itu selama satu atau dua tahun itu nyaris tidak ada penerbangan, Airlines juga terdampak dan mereka harus kembalikan pesawat dan dari situ terjadi dinamika dan perubahan sampai saat ini ternyata belum recover,” ceritanya.(nis)