Kisah Seorang Janda Pemulung yang Hidup Bersama Tiga Orang Anaknya

oleh -666 Dilihat
FOTO FENDI JURNALIS KORANLOMBOK.ID Armi bersama rekan pemulung di TPA Ijobalit saat mencari plastik yang bisa dijual.

Armi, 46 tahun merupakan seorang janda dengan tiga orang anak. Ia merupakan warga Desa Ijobalit, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur. Selama ini, dia menjadi tulang punggung setelah pisah dengan mantan suaminya. Berikut hasil liputan jurnalis Koranlombok.id.

 

Bekerja sebagai pemulung barang rongsokan memang terdengar sangat menjijikkan. Pekerjaan ini indentikkan dengan aktivitas yang sangat rendah. Mereka setiap hari berjibaku dengan bau tak sedap di sekelilinya. Namun tidak banyak orang yang mengetahui aktivitas ini justru menjanjikan.

Dengan bermodal tenaga kuat, setiap harinya para pemulung memilah sampah sebelum nantinya di jual ke pengepul. Salah seorang pengumpul barang rongsokan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ijobalit, Lombok Timur Armi banyak menceritakan kisah hidupnya selama menjadi pemulung.

Baca Juga  DPMD Terima Surat Pengunduran diri Kades Ketara

Bahkan ada pengakuan cukup mengejutkan tentang penghasilan setiap bulan dari memugut barang rongsokan di tempat ini.

Janda anak tiga itu memulai ceritanya sebagai pemulung sejak 3 tahun lalu. Sebelumnya dia keseharian bersama keluarganya bekerja sebagai pemecah batu apung untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan kondisi keterbatasan ekonomi dari hasil kerja dan masalah lainnya, ia bercerai dengan suaminya.

Setelah bercerai, sang suami dikatakannya tidak memberikan nafkah kepada ketiga anaknya sehingga dirinya harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan keseharian anak-anaknya.

“Bapaknya tidak mau memberikan apa-apa, dia tidak peduli dengan anaknya,” ceritanya.

Baca Juga  CJH Cadangan Loteng Bertambah jadi 70 Orang

Ditengah kondisi itu, Armi kemudian diajak kerabatnya untuk ikut mencari barang rongsokan di TPA Ijobalit. Kemudian dari hasil mengumpulkan barang rongsok tersebut dirinya mampu menghidupi keluarga hingga menyekolahkannya.

Dia bercerita jika anak pertamanya bernama Aldo, 17 tahun sudah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sekarang berkerja di gudang TPA  Ijobalit. Anak keduanya M. Khairi,13 tahun duduk di bangku SMP dan anak ketiga Refalina,7 tahun di Sekolah Dasar (SD).

Warga Ijobalit ini mengaku berkerja setiap hari di TPA tersebut untuk mengumpulkan sampah yang kemudian dijual kepengepul. Namun sebelum bisa menjual barang rongsokan tersebut, ia mengaku melakukan banyak pemilahan sehingga siap untuk dijual.

Baca Juga  Membongkar Cara Agus Mencari Mangsa Sampai 15 Orang

“Ini tidak kita kumpulkan terus langsung kita jual, ini butuh di pilah-pilah lagi,” tuturnya.

Beruntungnya kata wanita lulusan SD ini, dia mengaku bisa meraup uang hingga Rp. 2 juta setiap bulan dari hasil ini semua. Setiap minggunya barang rongsokan yang sudah dipilah akan ditimbang oleh pengepul untuk dibayar. Dia menghitung jika setiap minggunya tidak kurang memperoleh Rp. 500 ribu bahkan lebih.

Ia menuturkan hasil dari memulung lebih besar dari pekerjaan sebelumnya memecah batu apung, dia pun mengaku jika dirinya tidak memiliki penghasilan lain selain bekerja sebagai pemulung untuk memenuhi kebutuhan keluargnya.(fen)

Tentang Penulis: Redaksi Koranlombok

Gambar Gravatar
Koranlombok media online dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Koranlombok selalu menayangkan berita Penting, Unik dan Menarik untuk dibaca.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.