LOMBOK — Pemerintah Desa Batunyala, Kecamatan Praya Tengah, Lombok Tengah dibuat jengkel karena ulah oknum warga yang suka membuang sampah sembarangan di pinggir jalan raya.
Sebelumnya, pernah terjadi di sekitar perbatasan Desa Batunyala dengan Kelurahan Gerantung. Tepatnya di sekitar jembatan tahun 2024. Di sekitar jembatan, warga banyak membuang sampah sembarangan. Di sana langsung pihak desa membersihkan lokasi tersebut dan membangun taman bunga serta pos jaga sebagai upaya pencegahan kejadian serupa terulang kembali.
Sementara kali ini tumpukan sampah kembali ditemukan di Dusun Batunyala Satu, hal ini menyebabkan pemerintah desa kembali geram.
Kepala Desa Batunyala, H. Zaenudin menegaskan bahwa persoalan ini sudah lama dikeluhkan masyarakat. “Alhamdulillah dari berbagai masukan tersebut kami akhirnya bergerak bersama-sama warga, perangkat desa, pihak kecamatan, BKD, sejumlah lembaga, serta mahasiswa KKP UIN Mataram untuk membersihkan sampah di lokasi itu,” tegas Zaenudin, Senin (7/7/2025).
Menindaklanjuti temuan baru ini, Pemerintah Desa Batunyala berencana membangun pos jaga di titik rawan sampah dan akan mengusulkan sarana serta prasarana pengelolaan sampah dalam forum Musrenbang mendatang.
“Kami berharap dengan langkah ini, masyarakat bisa lebih sadar dan tidak lagi membuang sampah sembarangan,” tegas Zaenudin lagi.
Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lombok Tengah, Lalu Sarkin Junaidi menegaskan bahwa penanganan sampah di Lombok Tengah tidak bisa hanya bergantung pada petugas dinas. Menurut dia, kesadaran dan keterlibatan masyarakat menjadi kunci utama.
“Penanganan sudah kita lakukan semaksimal mungkin. Tapi perlu dipahami bahwa ini bukan hanya tugas petugas LH saja, melainkan juga butuh kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan,” tegas Sarkin.
Pihaknya akan mendorong masyarakat agar pengelolaan sampah berbasis desa segera diterapkan melalui pembentukan bank sampah. Dimana sistem ini memungkinkan sampah organik diolah menjadi pupuk, sementara sampah non organik seperti botol dan gelas plastik dapat dijual untuk menambah penghasilan masyarakat.
“Ini potensi besar yang masih belum banyak dilirik oleh desa-desa,” bebernya.
Dalam kesempatan itu, Sarkin mengakui bahwa pihaknya masih kekurangan armada pengangkut sampah. Namun, keterbatasan tersebut diatasi dengan menjalin kerjasama bersama perusahaan melalui pengajuan proposal.
“Alhamdulillah, kita dapat bantuan kendaraan operasional dari Bank NTB dan Bank BPR. Ini bagian dari kolaborasi untuk kepentingan masyarakat,” ceritanya.
Dia berharap agar masyarakat lebih bijak dalam memilah sampah dan hanya membuang residu sampah yang benar-benar tidak bisa diolah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Pengengat.(hil)