PALESTINA – Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad Al-Maliki Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki menyebutkan setidaknya 1 juta warga Palestina di jalur Gaza mengalami kelaparan. Al-Maliki menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang di Gaza.
“Setidaknya 1 juta warga Palestina di Jalur Gaza, setengah dari mereka adalah anak-anak, kelaparan, bukan karena bencana alam atau karena kurangnya bantuan yang menunggu di perbatasan, bukan. Mereka kelaparan karena Israel sengaja menggunakan kelaparan sebagai senjata perang melawan penduduk yang didudukinya,” ungkapnya kepada media di sela-sela partisipasinya dalam peringatan 75 tahun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia di kantor PBB di Jenewa, Swiss, dikutip laman Alarabiya.
Al-Maliki mengatakan komunitas internasional gagal melindungi warga Palestina. “Kita hidup dalam realitas distopia yang mengecualikan warga Palestina dari hak-hak dasar yang paling mendasar yang diberikan kepada seluruh umat manusia,” ucapnya.
Disamping itu, seorang pejabat Israel membantah tudingan Al-Maliki tentang kesengajaan Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang di Gaza.
“Ini tentu saja tidak senonoh. Tuduhan yang bersifat fitnah dan khayalan,” ujar pejabat tersebut saat diwawancara Reuters.
Pejabat Israel itu mengeklaim negaranya mendorong peningkatan pengiriman makanan ke Gaza dari Rafah, Mesir. Dia menyalahkan kelambanan di area perbatasan Mesir-Gaza sebagai penyebab minimnya bantuan pangan yang memasuki Gaza.
Saat ini Israel tengah mengintensifkan serangannya di wilayah selatan Gaza, termasuk Rafah yang dekat dengan perbatasan Mesir. Ketika pertempuran berkecamuk di wilayah utara Gaza, lebih dari 1 juta penduduk mengungsi ke selatan. PBB telah menyampaikan bahwa saat ini tak ada tempat aman di Gaza.
Menurut PBB, saat ini sekitar 1,9 juta orang atau 85 persen dari populasi Gaza telah kehilangan tempat tinggal. Sebagian dari mereka bahkan kehilangan tempat bernaung lebih dari satu kali.
Sejauh ini jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat agresi Israel telah melampaui 18.400 jiwa. Sementara korban luka menembus 50 ribu orang. Jumlah itu dihitung sejak Israel memulainya agresinya ke Gaza pada 7 Oktober 2023. (rls)