LOMBOK – Badan Urusan Logistik (Bulog) Cabang Lombok Timur mengungkapkan penyebab banyak pengusaha penggilingan padi gulung tikar.
Kepala Cabang Bulog Lombok Timur, M. Syaukani menyebutkan saah satu penyebabnya karena banyaknya gabah yang dikirim keluar daerah seperti Pulau Jawa. Hal ini menurut dia merugikan para pengusaha penggiling padi di daerah.
Harusnya, hasil pertanian tersebut semestinya dikirim ke luar daerah dalam bentuk barang yang sudah diolah, yakni beras kemasan sehingga akan bisa memberikan nilai tambah bagi pengusahan penggilingan di daerah.
“Kita tidak larang di kirim, tetapi mestinya setelah dalam bentuk beras baru dikirim,” tegasnya kepada jurnalis Koranlombok.id, Kamis (4/4/2024).
Pihaknya berharap hal ini menjadi perhatian pemerintah agar perputaran ekonomi di wilayah Lombok Timur secara khusus dapat lebih banyak dirasakan manfaatnya.
Selain itu, Bulog tidak bisa melarang pengiriman gabah ke luar daerah. Sebab, ini menjadi wewenang Pemerintah Provinsi (Pemprov) dalam mengatur lalu lintas keluar masuk barang.
“Kami hanya bisa mengimbau, pencegahannya nanti dari Pemda berkordinasi ke Pemprov yang memiliki wewenang di penyebrangan,” katanya.
Sementara itu kata Syaukani, pihaknya memantau harga jual gabah di musim panen tahun ini stabil. Dimana harga beli gabah dari petani berkisar dari harga Rp. 600 ribu hingga Rp. 650 ribu per kwintal, sesuai dengan kwalitas gabah.
“Harganya stabil, itu tidak merugikan produsen maupun konsumen,” yakinnya.
Ia menjelaskan, musim tanam yang beragam berdampak positif pada stabilisasi harga gabah. Tahun 2024 tidak terjadi panen raya, melainkan panen bertahap. Sejauh ini wilayah Lombok Timur yang sudah panen yakni, wilayah utara dan sekitar kaki Gunung Rinjani, sedangkan wilayah Kecamatan Terara dan Kecamatan Sakra saat ini baru mulai panen. Kemudian wilayah Sakra Timur, Keruak dan Jerowaru kondisi tanaman padi warga baru berbunga.
Namun demikian, pihaknya menyebut jika tahun 2024 diperkirakan akan ada pengurangan produktifitas pertanian sebagai dampak El Nino pada awal musim tanam.
“Kalau kita lihat yang sudah panen, tentu ada penurunan produktivitas, tetapi kalau angkanya mungkin teman- teman pertanian yang kalkulasikan nanti,” jelasnya.(fen)