LOMBOK – Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lombok Tengah, Jumadi menyangkal adanya tuduhan jika orang dinas yang mengalihkan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk SDN Menyiuh Desa Selebung Rembiga, Kecamatan Janapria.
“Kebijakan pusat total kita tidak bisa bilang apa-apa, dialihkan dan mengalihkan tidak bisa,” tegasnya kepada media, Selasa (6/6/2023).
Ditegaskannya, jika sudah masuk sesuai usulan tidak ada yang bisa diubah. Sementara di bawah sekolah kalau sudah disurvei mereka yakin dapat tapi sebenarnya belum tentu.
“Kalau sekarang sedang menyusun perencanaan tahapannya, belum selesai perencanaan. Kalau jadi perencanaan baru kita ajukan ke LPSE untuk melakukan proses,” katanya.
Jumadi yakin, pihak dinas sebelumnya pernah turun ke SDN tersebut. Namun perlu diketahui di dinas khusus DAK pihak dinas hanya bisa pendampingan dan pemantauan. Sementara persoalan dapat atau tidak tergantung dari siapa yang memberikan.
“Kabid dulu jelas ngotot supaya dapat, tapi secara singkronisasi tidak bisa tuntut bisa saja salah usulan,” terangnya.
Dijelaskannya, dalam menu DAK ada tiga, rehabilitasi, pembangunan baru dan pengadaan. Di sana dalam pengusulan sekolah milih, nanti kemudian dilanjutkan oleh operator.
Dibeberkan Kabid, saat ini jumlah SD di Lombok Tengah 622 sekolah dari 12 kecamatan. Dimana kondisi rata-rata tidak dalam baik semua. Ada rusak sedang, rusak ringan dan rusak berat. Kondisi saat ini yang dikatakan ambruk bukan masuk kategori rusak berat melainkan sedang karena yang rusak atap, bukan tembok.
“Untuk dapat DAK 2023 ada delapan SD, aturan sesuai pusat karena maunya kementerian tuntas. Tidak mau sedikit-sedikit. Kurang lebih Rp 10 miliar sumber DAK,” bebernya.
Sementara, atap tiga ruang kelas di SDN Menyiuh Desa Selebung Rembiga, Kecamatan Janapria, Lombok Tengah roboh Maret 2023 pascahujan lebat. Ruang Kelas I, III dan IV. Sekarang siswa melangsung proses belajar mengajar dalam satu ruangan yang dibagi menjadi dua kelas. Kecuali siswa Kelas III terpaksa belajar di teras kelas.
Kepala SDN Menyiuh, Muhammad Syukri mengatakan ruang kelas I sudah rusak sejak Desember 2022. Baru kemudian menyusul roboh atap Kelas III dan IV di bulan Maret 2023 pada malam.
“Tepaksa siswa kita pindahkan ke ruang kelas yang ada. Kelas I dengan kelas V, kelas II dengan kelas IV, dan kelas III di luar kelas,” terangnya kepada jurnalis Koranlombok.id, Senin (5/6/2023).
Syukri tidak menutupi karena lambatnya dilakukan perbaikan, banyak masyarakat sekitar menyekolahkan anaknya di luar dusun, sehingga saat ini jumlah siswa berkurang menjadi 68 orang siswa.
Dijelaskannya, sejak pertama kali menjabat sebagai kepala sekolah, SDN Menyiuh memang kekurangan fasilitas seperti tidak adanya ruangan guru dan kepala sekolah, perpustakaan, ruang UKS dan laboratorium bahkan untuk toilet juga tidak tersedia.
“Itu makanya banyak yang sekolahkan anaknya di SDN Montong Bagek, SD Kebon Sangkok, SDN 2 Selebung, dan wilayah Praya Tengah wilayah Braim dan Setanggor,” bebernya.
Diungkapkannya, pascarobohnya ruang kelas tersebut pihak UPT pernah datang melihat langsung, sementara pihak sekolah pernah mengusulkan dua kali penambahan ruangan dan perbaikan. Dirinya pun pernah memanggil konsultan sebagai bentuk keseriusan, tapi Dana Alokasi Khusus (DAK) yang dijanjikan tahun 2023 malah dialihkan oleh orang di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lombok Tengah ke kecamatan lain.
“Tidak pernah dipantau oleh dinas kabupaten, hanya narahubung saja yang memantau dan sekadar usulan saja. Sudah berapa kali kita foto kita kirimkan lewat Dapodik,” ceritanya.
Kepala sekolah berharap fasilitas pendidikan di sekolah ini dapat segera diberikan bantuan perbaikan dan dilengkapi fasilitas seperti sekolah lain.
Di tempat yang sama, Ketua Komite SDN Menyiuh, Muhammad Subur berharap kepada Pemkab Lombok Tengah segera memperhatikan kondisi sekolah.
Dia juga menyayangkan DAK yang dijanjikan dinas ke SDN Menyiuh malah dialihkan ke sekolah lainnya.”Lebih-lebih ini sekolah negeri yang sejak tahun 70-an sudah ada, kondisi saat ini rusak parah,” katanya tegas.(dik/nis)