LOMBOK – Owner PT. Tate Development Land and Consultancy Neil Allan Tate membuka tantangan dihadapi saat hendak berinvestasi di wilayah selatan Kabupaten Lombok Tengah. Tepatnya di Dusun Dasan Baru, Desa Selong Belanak, Kecamatan Praya Barat.
Tate menyampaikan, dia sebagai para pemodal asing maupun lokal yang hendak berinvestasi di wilayah Selong Belanak, Sarangan dan Torok terus menerus menjadi incaran para mafia yang bersenjata parang untuk mengintimidasi dan mengganggu pembangunan akan dilakukan.
Katanya, masalah ini sudah meluas dan sebagian besar kasus para pemodal diperas dengan mengeluarkan sejumlah uang dengan nominal besar. Tujuannya agar pemodal tidak mendatangi tempat usaha mereka. Sama hal dirasakan dirinya sekarang.
Bule ini menduga kuat ada keterlibatan oknum aparat dalam kasus yang membuatnya harus melapor ke polisi pada 22 Juli 2024.
“Orang dibayar untuk menempati tanah kami dan mengancam para investor. Orang-orang ini juga telah merobohkan pagar dan mencabut penanda survei oleh BPN,” ungkapnya.
Dari ancaman dan intimidasi yang meraka terima selama ini, membuat para investor belum bisa masuk ke lokasi lahan yang mejadi tempat mereka berusaha.
“Kami diganggu dan diancam oleh orang yang dibayar,” tegas Tate.
Sementara itu lahan milik bule asal Australia, Neil Allan Tate diduga diserobot sekelompok orang bayaran. Lokasi lahan ini berada di Dusun Dasan Baru, Desa Selong Belanak dengan luas 8.981 M2 berstatus Hak Guna Bangunan (HGB) milik PT. Tate Development Land and Consultancy.
Sementara itu, Kepala Dusun Dasan Baru H.M Ridwan kepada media menegaskan jika sepengetahuannya yang memiliki lahan lokasi tenda-tenda didirikan ini merupakan milik Mustarif warga setempat.
“Saya tidak tahu apa yang terjadi tiba-tiba ada begini-gini (tenda, red),” katanya, Minggu siang (11/8/2024).
Selebihnya, kata Kadus, dirinya tidak mengetahui apa hubungan Mustarif dengan Neil Allan Tate. Namun informasi yang diterima akan dibangun villa di lokasi ini.
“Kalau jalan-jalan ini yang bangun memang Neil Allan Tate,” ceritanya.
Ia juga mengaku terkejut sejak awal karena ada tenda-tenda dibangun di lahan ini. Selain tenda, ada juga banyak orang datang tetap di tempat tersebut.
“Yang jelas bukan warga kami, dari luar semua,” katanya.
Informasi yang pihaknya terima, tenda-tenda ini didirikan diduga oleh suruhan dari PT ESA. Bahkan selama ini, phaknya secara langsung tidak menerima informasi apapun.
“Saya juga tidak mau bertanya, ya biarkan begitu saja. Tidak mau ikut campur,” tegas dia lagi.(red)
Warganya goblok.ga mau maju dan berkembang…kalo di bangun Villa ato hotel khn bisa jadi lapangan pekerjaan…
Ya ginilah lombok makanya sampe kpan pun ya gak maju2..
Ya ginilah lombok makanya gak maju2