LOMBOK – Pada peringatan Hari Amal Bakti (HAB) ke – 79, kantor Kementerian Agama (Kemenag) Lombok Tengah menjadi penyumbang pegawai dan staf terbanyak yang lulus sebagai P3K.
Kepala Kantor Kemenag Lombok Tengah, H. Nasrullah memberikan bintang penghargaan satya lencana kepada 27 orang ASN dan sejumlah sertifikat kepada Ikatang Guru Raudlatul Atfal (IKGRA) dan Kelompok Kerja Madrasah (KKM) yang mengadakan lomba.
Selain itu Nasrullah juga memberikan bingkisan kepada 48 lembaga dan 23 orang ASN yang memasuki masa purna tugas.”Santunan kita berikan kepada keluarga salah satu Staf yang meninggal, atas nama H. Sekarta Buana. Kita juga berikan santunan kepada honorer yang tidak dapat honor dari APBN sebanyak 23 orang,” katanya, Jumat (3/1/2025).
Dalam peringatan HAB ke – 79 ini, Menteri Agama Nassarudin Umar dalam keterangan tertulisnya yang dibacakan Kepala Kemenag Lombok Tengah mengingatkan kembali momen bersejarah bagi Kementerian Agama dan seluruh umat beragama di Indonesia.
79 tahun yang lalu, tepatnya 3 Januari 1946 Kementerian Agama secara resmi dibentuk dalam Kabinet Sjahrir Il dengan Menteri Agama Pertama H.M. Rasyidi. Momen itu setiap tahun diperingati sebagai HAB.
Sementara semangat memperingati HAB tahun 2025 tak dapat dipisahkan dari komitmen seluruh jajaran Kemenag dalam mendukung dan mengimplementasikan Asta Cita Pemerintahan Prabowo Gibran.
Adapun Asta Cita tersebut adalah memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi dan hak asasi manusia, hingga memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta peningkatan toleransi antar umat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
Dalam cita kebangsaan yang berideologikan Pancasila, keberadaan Kemenag merupakan jalan tengah antara teori memisahkan agama dari negara dan teori persatuan agama dengan negara.
Dalam pidato pertama Menteri Agama pada 4 Januari 1946 menegaskan bahwa Kementerian Agama membawa misi untuk memelihara dan menjamin kepentingan agama serta pemeluk pemeluknya.
“Peran negara dalam menjaga religiusitas masyarakat, kebebasan beribadah, meningkatkan kualitas kehidupan intern dan antar umat beragama adalah tugas penting yang dijalankan Kementerian Agama,” tuturnya.
Menteri juga menyinggung dalam beberapa dekade terakhir, muncul fenomena kesenjangan antara kehidupan umat dengan ajaran agama yang dianutnya. Setiap agama melarang korupsi tetapi praktik seperti itu masih saja terjadi.
“Semua agama melarang kekerasan, kebencian, dan kesewenang wenangan, namun berbagai anomali masih dijumpai di berbagai ruang kehidupan,” ujarnya.
Menteri Agama juga mengajak mendekatkan jarak psikologis dan jarak sosial antara pemeluk agama dan ajaran agama menjadi tolok ukur keberhasilan tugas Kementerian Agama yang amat substansial.
Peringatan HAB tahun ini juga merupakan wujud nyata dari misi Asta Cita Pemerintahan Prabowo Gibran yang mengamanatkan betapa Indonesia Emas dapat terwujud jika umat hidup rukun dan harmonis.
Sambungnya dunia saat ini sedang dihadapkan pada tantangan global berupa kerusakan alam yang berakibat pada perubahan iklim dan bencana ekologis serta melahirkan kemiskinan. Ancaman kekurangan bahan makanan di depan mata harus direspons secara serius, termasuk oleh para agamawan.
“Sebagai negara dengan masyarakat yang religius, suara pemimpin dan tokoh agama sangat dinantikan, Kemenag harus mampu menguatkan peran dalam kampanye penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya, sejalan dengan Asta Cita Presiden,” pungkasnya.(adv)