LOMBOK – Petani tembakau di Lombok Tengah tengah berduka setelah tanaman tembakau mereka diguyur hujan lebat cukup panjang, pekan kemarin. Di tengah kondisi begini, anehnya Dinas Pertanian belum mengetahui berapa luas lahan tembakau yang terkena dampak.
Kepala Dinas Pertanian Lombok Tengah, Muhammad Kamrin mengakui jika pihaknya masih melakukan pendataan sampai sekarang. Belum lagi luas lahan tembakau cukup luas terutama di Kecamatan Janapria, Praya Timur dan Pujut.
“Tapi kita belum bisa memastikan untuk tingkat kerusakannya, teman-teman di lapangan sedang memantau perkembangannya,” ungkapnya saat dikonfirmasi jurnalis Koranlombok.id, Senin (10/7/2023).
Dijelaskannya, kondisi di lapangan petani kita juga terus berusaha mengatasi dampak hujan dengan membuat sistem buangan air di sawah untuk mengurangi genangan air. Harapannya agar tanaman bisa diselamatkan.
“Sehingga saat ini sementara tingkat kerusakannya belum bisa dipastikan angkanya. Semoga hujannya berhenti dan kembali normal,” harapnya.
Katanya, setelah kondisi cuaca normal nanti baru pihaknya bisa lebih memastikan jumlah tanaman yang rusak.
Sementara dari kondisi saat ini, ia mengaku belum ada anggaran untuk bantuan diberikan kepada petani. Tapi nanti pihaknya akan coba cari peluang melalui APBD-Perubahan.
“Makanya sekarang kita masih fokus untuk melakukan pemetaan dampaknya,” jelas dia.
Sementara itu, Gubernur NTB H. Zulkifliemansyah justru mengklaim sudah ada data luas lahan terdampak di Lombok Tengah dan Lombok Timur.
Untuk Lombok Timur, 80 persen dari 4 ribu hektare tanaman tembakau terkena dampak hujan lebat terjadi, pekan kemarin. Ancamannya, hasil panen tidak bagus.
Sedangkan Lombok Tengah dari 5 ribu hektare tanaman tembakau, 1 ribu hektare yang terkena dampak. Ditambahkan, persoalan ini juga tengah dipikirkan solusi oleh pemerintah.
“Ini dulu, saya masih keliling-keliling,” kata gubernur saat dihubungi.
Bang Zul mengaku sudah turun melihat kondisi tanaman tembakau di wilayah Jerowaru, Lombok Timur. Namun gubernur memastikan hampir semua terdampak. Keruak, Sakra, Jerowaru dan lainnya. Termasuk Lombok Tengah.
Diungkapkan gubernur, persoalan ditemukannya di lapangan salah satunya disebabkan irigasi yang saling kunci. Harusnya dialirkan ke daerah namun tidak diizinkan di bawahnya. Sementara yang melakukan penanaman ini, orang yang nyewa. Bukan warga setempat.
“Ini juga petani bukan binaan perusahan besar sesuai SOP,” bebernya.
Adapun aspirasi petani yang berhasil ditampung gubernur, mereka meminta bantuan mesin Rajang. Sebab, sekalipun kenak dampak namun masih bisa dijual sekalipun harga tidak setinggi biasanya.
Bukan hanya, Bang Zul juga membeberkan jika ada petani yang meminta bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI. Ia mengaku langsung meminta kepada pihak OJK untuk dibicarakan kepada pihak BRI.
“Semoga ini solusinya, paling parah memang Lombok Timur baru Lombok Tengah,” tuturnya.(dik)