LOMBOK – Pedagang kain songket yang menempati lapak di area Lombok Sumbawa Festival atau tepat di belakang tribun Zona B Sirkuit Internasional Mandalika, mengeluhkan minimnya pembeli pada event MotoGP 2024.
Mereka yang berharap tamu-tamu datang menonton MotoGP bisa mendatangi lapak mereka, malah tidak ada. “Kami harap orang Dinas Koperasi Lombok Tengah bisa menggiring tamu-tamu yang hadir tapi tidak ada,” curhat pedagang kain songket asal Desa Sukarara, Rizom kepada jurnalis koranlombok.id, Sabut (28/9/2024).
Ia menuturkan, para pengunjung mayoritas mencari makanan dan minuman bukan untuk belanja kerajinan khas Lombok.
“Kalau dari tahun sebelumnya masih agak kurang, yang penting kita ikut partisipasi aja,” tuturnya.
Sementara itu pedagang kain dan kerajinan dari rotan bahkan ketak, Zainur merasakan hal yang sama. Pria asal Desa Puyung, Lombok Tengah tersebut membandingkan tahun-tahun sebelumnya, saat ini kata dia, jumlah penonton terasa semakin berkurang.
“Yang paling bagus itu event tahun pertama, itu berdampak besar terhadap penjualan kita. Kami harapkan siang ini sampai besok sesuai harapan target UMKM,” katanya.
Kata dia, santer kabar terkait akomodasi yang mahal mulai dari harga tiket pesawat dan hotel, menurut dia menjadi solusi. Sehingga perlu dicarikan solusi oleh pemerintah agar MotoGP kedepan selalu ramai dan tak bernasib seperti WSBK di Mandalika.
Informasi hari biasa harga kamar hotel berkisar Rp 600 ribu, namun jelang MotoGP hotel dipatok Rp 4 juta. Terkadang jika tamu setuju dengan harga tersebut diminta untuk tinggal lebih lama sampai 5 malam.
Maka dari kondisi ini, dia yakin menjadi penyebab berkurangnya pengunjung dan penonton MotoGP.
“Saya dengar berkurangnya penonton juga karena itu,” ungkap dia.
Dibeberkannya, satu kain songket ia menjual harga Rp 50 ribu sampai jutaan tergantung kualitas karena hand made, sementara itu anyaman dari daun landan, ritan dan rumput ketak dari Rp 100 ribu sampai Rp 600 ribu.(nis)